Sebelum pengambilan gambar dimulai, Adinia sudah mempelajari cara memegang senjata dan menembak. Detil lain seperti bagaimana tubuh terhentak setelah menembakkan peluru pun tak luput dari perhatiannya.
"Pesan Mike (Wiluan, sutradara 'Grisse') saat kami ke lapangan tembak sebelum syuting adalah bagaimana agar kami membiasakan diri dengan bau mesiu dan suara tembakan," tutur Adinia pada wartawan di Jakarta, Rabu.
Kalia, karakter perempuan tangguh yang diperankannya, hidup di era penjajahan di mana suara letusan senjata adalah makanan sehari-hari masyarakat.
Soal adegan bela diri, aktris 31 tahun itu merasa beruntung sebelumnya sudah berlatih untuk adegan-adegan laga dalam film "Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta".
Baca juga: "Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta", bangkitkan ingatan sejarah
"Masih ada sisa-sisa, setidaknya training tidak dari nol...di 'Grisse' adegan berkelahinya jauh lebih banyak dari 'Sultan Agung'," ujar dia.
Tantangan lain yang dihadapi Adinia adalah soal bahasa di mana ia dituntut untuk berdialog dalam bahasa Inggris yang bukan merupakan bahasa ibu.
"Bertengkar dalam bahasa Inggris itu capek... Ketika berdialog dalam bahasa Inggris kadang suka nge-lag," katanya seraya tertawa.
"Grisse" mempertemukan aktor-aktor dari Indonesia, Jepang, Malaysia, Singapura, Eropa, Australia dan Amerika Serikat yang belum pernah dikenal Adinia sebelumnya.
Proyek drama ini disebut Adinia sebagai kesempatan untuk mendapatkan ilmu dari seniman-seniman dari berbagai latar belakang, termasuk komika tunggal Joanne Kam dari Malaysia.
"Grisse" dibintangi oleh Marthino Lio, Michael Wahr (Australia), Edward Akbar, Jamie Aditya, Toshiji Takeshima (Jepang), Joanne Kam (Malaysia), Zack Lee, Tom Dejong, Ully Triani, Rick Paul Van Mulligen, Alexandra Gottardo, Hossan Leong (Singapura) dan Jimmy T.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018