"Untuk jelasnya coba tanya ke pihak Jakpro, tapi jika diperkirakan untuk ITF di Sunter bisa sekitar Rp2,5 triliun hingga Rp3 triliun atau lebih apalagi dolar sedang tinggi. Itu untuk kapasitas 2.000-2.200 ton sampah per hari," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji saat dihubungi dari Jakarta, Rabu.
Isnawa menyebut biaya pembangunan yang cukup tinggi tersebut, diperlukan karena ITF memakai teknologi pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, namun memiliki timbal balik berupa energi listrik yang dihasilkan dari pengolahan sampah sebagai pemasukan daerah.
Dia mencontohkan sebuah pilot project ITF di TPST Bantargebang, Kota Bekasi, oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), seluas satu hektar dengan kapasitas 50-70 ton sampah per hari dan menghasilkan listrik 400 KwH untuk memenuhi kebutuhan listrik di TPST, memiliki nilai total investasi sebesar Rp90 miliar.
"Teknologinya juga kan tidak murah. Intinya ITF mengelola semua jenis sampah terkecuali bahan metal dan kaca, dengan dibakar dalam suhu tinggi bisa 800 derajat Celsius dan jadi listrik. Untuk Sunter kami perkirakan bisa sampai 35 megawatt dan itu bisa menjadi pemasukan daerah," ujar dia.
Hingga saat ini, lanjut Isnawa, sudah ada sekitar 250 perusahaan yang menawarkan diri untuk pembangunan proyek ITF ini dengan membawa teknologi dari China, Jepang dan Eropa.
"Hanya kalau untuk di Jakarta harus terpenuhi kriteria bahwa selain teknologinya ramah lingkungan, juga teknologi tersebut harus proven (teruji) di beberapa negara," ucapnya.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menyatakan pihak Pemprov DKI Jakarta tidak mempermasalahkan biaya untuk pembangunan fasilitas ITF tersebut.
"Mahal atau murah itu bukan soal rupiahnya, tapi juga soal manfaatnya," ucap Anies di Balai Kota.
Fasilitas pengelolaan sampah ITF di Sunter diperkirakan akan menguragi beban TPST Bantargebang yang harus mengelola 7.000 ton sampah dari ibu kota setiap hari.
Fasilitas ini, akan segera dimulai pembangunannya dengan peletakan batu pertama pada Desember 2018 yang akan menghabiskan waktu pembangunan selama dua tahun.
Fasilitas ini diperkirakan akan mampu menghasilkan listrik 35 megawatt dari pengolahan sampah sebanyak 2.200 ton per hari.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018