Kayu sitaan akan diberikan kepada korban gempa

25 Oktober 2018 01:29 WIB
Kayu sitaan akan diberikan kepada korban gempa
Sejumlah warga korban gempa bumi membangun sendiri hunian sementaranya di Dusun Menggala Timur, Desa Pemenang Barat, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Rabu (24/10/2018). Sejumlah warga di daerah tersebut mengaku membuat hunian sementara mereka secara swadaya yang dibangun di lahan pertanian miliknya sambil menunggu bantuan pembangunan rumah yang dijanjikan pemerintah. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/wsj.   

Kayu hasil sitaan tersebut merupakan jenis kayu yang kuat. Sayang kalau ditumpuk jadi makanan rayap. Kenapa tidak diproses menjadi bahan membangun kembali rumah korban gempa.

Mataram (ANTARA News) - Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nusa Tenggara Barat Madani Mukarom menyatakan kayu hasil perambahan hutan yang disita petugas akan diberikan kepada para korban gempa bumi untuk dijadikan bahan membangun rumah yang rusak.

"Kami akan berikan kayu-kayu tersebut setelah ada penetapan dari pengadilan. Sekarang kami sedang mengurus masalah tersebut," katanya di Mataram, Rabu.

Ia menyebutkan jumlah kayu hasil sitaan dalam beberapa tahun terakhir sekitar 400 meter kubik. Seluruhnya tersimpan di kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, dan di Kabupaten Lombok Timur, serta Pulau Sumbawa.

Kayu-kayu tersebut rencananya akan diberikan kepada aparatur sipil negara (ASN) dan tenaga kontrak lingkup Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, yang rumahnya rusak berat akibat gempa bumi.

Madani menyebutkan ada 169 orang ASN dan tenaga kontrak yang rumahnya hancur akibat gempa bumi. Seluruhnya tersebar di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur dan Pulau Sumbawa.

"Tapi kami juga pertimbangkan untuk memberikan sebagian kayu hasil sitaan tersebut untuk sekolah/madrasah yang rusak akibat gempa. Tinggal menunggu penetapan pengadilan," ujarnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, Mohammad Rum, juga berharap agar kayu hasil sitaan yang menumpuk di kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB bisa diberikan untuk korban gempa.

Pasalnya, sebagian korban gempa juga berminat membangun rumah instan kayu (Rika) anti gempa yang direkomendasikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

"Kayu hasil sitaan tersebut merupakan jenis kayu yang kuat. Sayang kalau ditumpuk jadi makanan rayap. Kenapa tidak diproses menjadi bahan membangun kembali rumah korban gempa," katanya.

Data BPBD NTB tercatat jumlah rumah rusak yang sudah terverifikasi hingga 8 Oktober 2018 sebanyak 177.280 unit, terdiri atas rusak berat 63.680 unit, rusak sedang 26.536 unit, dan rusak ringan 87.064 unit.

Sementara jumlah buku rekening bantuan stimulan rumah yang sudah terisi bantuan dana dari pemerintah pusat senilai Rp50 juta sebanyak 6.061 rekening.

Dari total jumlah tersebut, sebanyak 5.253 pemilik rekening sudah mendapatkan sosialisasi tentang model rumah anti gempa yang harus dibangun.

Sebanyak 1.806 kepala keluarga berminat membangun rumah instan sehat sederhana (Risha), rumah instan konvensional (Riko) sebanyak 828 kepala keluarga, dan peminat Rika sebanyak 1.062 kepala keluarga.*

Baca juga: DKI kirim tim psikososial pemulihan gempa Lombok

Baca juga: BPBD persilakan korban gempa Lombok berutang di bank



 

 

Pewarta: Awaludin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018