Gunung Kidul, Yogyakarta, (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta menjelang musim hujan mulai melakukan pemetaan lokasi rawan bencana alam, khususnya longsor.Kita mengimbau masyarakat yang tinggal di lokasi rawan longsor untuk selalu waspada. Bahkan, jika kondisi tanah labil, disarankan mengungsi ke tempat yang lebih aman
Kepala Pelaksana BPBD Gunung Kidul Edy Basuki di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan jika merujuk data bencana longsor pada 2017, ada empat kecamatan dengan jumlah kejadian terbanyak, yakni Kecamatan Gedangsari, Nglipar, Patuk, dan Ponjong.
"Di Gedangsari ada 34 kejadian, Patuk dan Nglipar 14 kejadian, kemudian Ponjong 23 kejadian. Ada juga longsor di Tepus, Semin, Karangmojo tapi jumlahnya sedikit," katanya.
Ia mengatakan untuk mengantisipasi terjadinya korban jiwa, sejumlah Early Warning System (EWS) atau alat peringatan dini bencana alam telah dipasang di 30 titik sehingga peringatan yang nantinya muncul dapat segera direspons masyarakat.
"Seluruh kecamatan mempunyai EWS, rata-rata dua EWS di satu kecamatan," kata dia.
Selain pemasangan EWS, pihaknya juga mengimbau masyarakat yang tinggal di lokasi rawan longsor untuk selalu waspada.
Bahkan, jika kondisi tanah labil, disarankan mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Selain tanah longsor, Edy juga menyampaikan bahwa menjelang musim hujan ada bencana lain yang patut diwaspadai, seperti banjir dan angin kencang.
"Kasus banjir ada 246 pada 2017 sedangkan bencana yang disebabkan angin ada sembilan kasus," kata dia.
Ia menyebutkan selama kurun waktu setahun lalu, bencana alam yang terjadi berdampak kepada 2.459 kepala keluarga (KK) dengan jumlah jiwa 5.271 orang.
Ia berharap masyarakat dapat lebih waspada dan selalu siap siaga menghadapi bencana alam.
"Kami juga terus memberikan pelatihan kepada warga melalui Desa Tangguh Bencana (Destana)," demikian Edy Basuki.
Baca juga: BPBD : dua kecamatan terjadi bencana tanah longsor
Baca juga: Rumah warga Gunung Kidul tertimbun longsor
Pewarta: Sutarmi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018