"Pada 28 Oktober 90 tahun lalu Kongres Pemuda II dan Sumpah Pemuda berlangsung. Pemuda-pemuda ini berasal dari latar belakang suku dan agama yang beragam.Kita prihatin pada saat ini ada konflik, tapi perbedaan ini jangan sampai dibawa ke konflik permanen," kata Hidayat saat acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Solo, Surakarta, Jawa Tengah, Kamis.
Hidayat berharap momentum Sumpah Pemuda dengan tiga kesepakatan, yakni satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa menjadi pedoman bagi pemuda dalam memecahkan berbagai persolan dan konflik yang ada.
Politisi dari PKS ini berharap para pemuda Indonesia tidak menjadikan kasus seperti peringatan Hari Santri yang dinilai beberapa kalangan hanya milik golongan tertentu tidak diperpanjang dan juga terkait pembakaran bendera bertuliskan Tauhid juga tidak diperpanjang sehingga mengikis persatuan bangsa.
Hidayat mengungkapkan bahwa semangat Sumpah Pemuda bisa dijadikan semangat untuk mencari solusi bagi para pemuda dan mencermati berbagai persoalan.
“Untuk mendapat solusi, pemuda harus paham persoalannya,” kata Wakil Ketua MPR ini.
Hidayat menjelaskan bahwa Hari Santri, 22 Oktober lalu, ditetapkan sebagai peringatan saat pertama kali KH Hasyim Asy'ari mengemukakan resolusi jihad dan kalimat tauhid yang dijadikan bendera dikerek tinggi.
Namun dia menyayangkan peristiwa pembakaran bendera berkalimat tauhid itu dibakar saat peringatan Hari Santri.
Namun dia tetap menyerukan agar menjaga persatuan bangsa dan menyerahkan kasus tersebut ke pihak kepolisian untuk mengusutnya.
"Selesaikan di jalur hukum. Jangan sampai melebar dan dijadikan konflik horisontal antara umat Islam, antara organisasi yang sangat merugikan," kata Hidayat.
Hidayat juga menuturkan bahwa pada awalnya Hari Santri akan diperingati tiap 1 Muharram, namun dirinya tidak meyetujuinya karena 1 Muharram adalah hari seluruh umat Islam di dunia.
“Jangan direduksi.Hari Santri bukan hanya milik satu kelompok saja, Siapa saja berhak untuk merayakan hari Santri,” ujarnya.
Hidayat juga menegaskan Indonesia yang memiliki dasar negara Pancasila ini sebagai benteng persatuan bangsa.
Hidayat mengakui banyak orang ingin menghilangkan Pancasila, namun semua kekuatan ini itu tidak berhasil karena dasar negara ini berasal ini lahir dari Indonesia.
Hidayat mencontohkan negara Uni Soviet yang runtuh karena menganut ideologi impor, yakni Ideologi komunisme yang diimpor, bukan ideologi yang cocok bagi masyarakatnya dan dipaksakan oleh pemimpinnya.
“Itu yang membuat Uni Soviet pecah tanpa adanya perang,” ujarnya.
Sedangkan Indonesia banyak sekali ancaman disintegrasi, karena Pancasila telah menjadi penyelamat integrasi nasional.
Ketika Pancasila disepakati menjadi ideologi bangsa, maka Pancasila menjadi rujukan bagi seluruh persoalan, kata Hidayat.
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018