Mataram (ANTARA News) - Warga di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, yang terdampak gempa, telah ramai-ramai membangun kembali rumahnya dengan konstruksi dasar kayu.dananya utang dulu dengan harapan diganti dari bantuan Rp50 juta itu
Kepala Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lalu Kanahan, di Mataram, Kamis, mengatakan, warganya bersikeras membangun kembali rumahnya dengan konstruksi dasar kayu karena sudah teruji tahan gempa.
"Kalau menurut pemerintah yang tepat itu adalah Risha (rumah instan sederhana sehat), tapi menurut kami ada yang lebih kuat, yang sampai saat ini masih terbukti kekuatannya pascagempa, kayu itu. Kalau Risha ini kan belum ada buktinya," kata Kanahan.
Kanahan mengaku bahwa pernyataan itu sebelumnya pernah disampaikan dalam pertemuannya dengan pihak pemerintah.
"Dalam beberapa kali rapat, saya sering berbicara bahwa tujuan kita ini adalah membangun rumah tahan gempa. Dan yang sudah teruji kekuatannya sampai saat ini, cuma kayu, tapi tidak ada tanggapan," ujarnya.
Meski demikian, 50 persen lebih warga Sajang yang rumahnya terverifikasi rusak berat telah membangun kembali rumahnya dengan konstruksi dasar kayu.
"Kalau di sini, dari 193 yang rusak berat, 50 persen lebih sudah bangun pakai kayu. Bahkan ada yang rumahnya sudah jadi 100 persen. Mereka buat sendiri, dananya utang dulu dengan harapan diganti dari bantuan Rp50 juta itu," ucapnya.
Banyak warga, ujar dia, tidak betah untuk terus berada di tenda pengungsian atau pun hunian sementara (huntara).
Dari pada menunggu realisasi pemerintah yang dirasakan lamban, warga memilih untuk mandiri dengan membangun rumahnya dari kayu.
"Sekarang ini cuaca sudah mulai tidak bagus, angin besar dan khawatir akan hujan lebat. Belum lagi karena punya anak kecil dan orang tua, jadi mau tidak mau mereka bangun sendiri, tunggu pemerintah, lama," ucapnya.
Sama halnya dengan yang disampaikan Kepala Desa Sembalun Bumbung, Sunardi. Dia mengatakan bahwa banyak warganya yang kurang berminat membangun kembali rumahnya dengan gaya Risha (Rumah Instan Sederhana Sehat) atau Riko (Rumah Instan Konvensional).
"Di sini peminatnya kebanyakan pakai kayu. Lebih aman dan sudah teruji dari gempa-gempa sebelumnya, rumah kayu tidak ada yang rubuh," kata Sunardi.
Bahkan dia juga mengatakan, hampir 40 persen warga yang rumahnya terverifikasi rusak berat sudah lebih dulu membangun secara mandiri. Dengan konstruksi dasar kayu, warganya membangun rumah dengan modal utang.
"Kalau bahasanya di sini, mengutang dulu. Harapannya nanti akan diganti sama pemerintah dari Rp50 juta itu," ujarnya.
Baca juga: Lombok Barat butuh Rp1,4 triliun rehabilitasi rumah
Baca juga: Bantuan dana perbaikan rumah korban gempa di Mataram sudah cair
Baca juga: BPBD persilakan korban gempa Lombok berutang di bank
Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018