"Ini suatu kongres yang diadakan oleh Kedutaan Jepang dan PBB dengan mengundang siswa tingkat SMA dari negara yang pernah terkena bencana tsunami," kata Kepala SMA Negeri 2 Banda Aceh, Mukhtar di Banda Aceh, Kamis.
Hal itu diungkapkannya usai menjadi pemateri ruang opini publik bertema "Bencana Bukan Hanya Fenomena Alam" bersama korban tsunami dan ahli geologi setempat Faisal Ardiansyah difasilitasi Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Aceh.
Ia mengaku bersyukur, karena semua siswa di sekolahnya terpilih untuk memenuhi undangan dari Pemerintah Jepang mengikuti kegiatan "High School Student Summit On World Tsunami Awareness Day 2018" yang dipusatkan di Kota Wakayama.
Program ini, lanjutnya, penting terutama bagi generasi muda agar mampu memberi kesadaran kepada masyarakat. Di antaranya bukan hanya paham tentang bencana tsunami, tetapi dapat meminimalisasi korban jika bencana itu terjadi kembali.
Ke-10 pelajar SMA 2 Banda Aceh yang menjadi duta muda kesadaran tsunami dan berangkat ke Jepang, yakni Miftah Mardhatillah, Mira Lathifa, Vinca Grace Sihombing, dan Farah Najwa Alia, Aura Salsabila, Asy Syifa Syaharani, Sulfia Zuchrina, Khairunnisa, Muhammad Abdi Mubarak, Roby Suherman.
Mereka didampingi Kepala SMA 2 Banda Aceh Muchtar Geumpang, dan guru Najwa.
Roby Suherman (16), memberi gambaran bahwa dirinya bersama sembilan orang murid sekolah itu selama di Jepang akan saling bertukar informasi karena tinggal di provinsi rawan bencana.
"Yang kita lakukan di sana, saling berbagi pengalaman tentang tsunami. Supaya kita dan generasi muda, dapat lebih sadar terhadap tsunami," katanya.
"Berbagai pengalaman yang kami dapat, tentunya sangat berguna bagi kami generasi muda ini," timpal Asy Syifa Syaharani (16).
Baca juga: Pelajar Aceh Barat latihan hindari dampak tsunami
Baca juga: Sebanyak 706.646 wisatawan kunjungi Museum Tsunami Aceh
Baca juga: Nelayan Aceh Barat peringati 13 tahun tsunami
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018