"Tidak sering terjadi bahwa AS membuat keputusan dan para sekutu tradisionalnya meninggalkannya," kata Rouhani ketika berbicara di parlemen dan disiarkan langsung televisi negara itu, Sabtu.
Washington memberlakukan kembali sanksi-sanksi terhadap perdagangan mata uang Iran, logam, dan otomotif pada Agustus setelah panarikan AS dari perjanjian multinasional tahun 2015 yang mencabut sanksi-sanksi sebagai imbalan bagi pembatasan program nuklir Iran.
Negara-negara Eropa telah mengkritik penarikan AS dari perjanjian itu dan membuat paket langkah-langkah ekonomi membantu mengatasi tekanan AS atas Teheran yang telah menyumbang kepada volatilitas ekonomi di negara itu, demikian Reuters melaporkan.
AS mengekang ekspor minyak Iran yang akan berlaku per 4 November 2018.
Baca juga: AS keluar dari dua perjanjian internasional
Baca juga: Mahkamah Internasional sidangkan tuntutan Iran agar AS cabut sanksi
Rouhani berbicara pada pembukaan masa sidang parlemen untuk membahas perombakan kabinet yang termasuk usul penggantian Menteri Ekonomi Farhad Dejpasand yang juga akademisi dan tiga menteri bidang perekonomian lainnya. Dejpasand dipandang sebagai teknokrat.
Usul perombakan kabinet itu terjadi ketika pemerintah menghadapi tekanan kuat atas ketidakstabilan ekonomi sebagian besar disebabkan sanksi-sanksi AS.
Ekonomi Iran memburuk dalam setahun terakhir, mengalami kenaikan inflasi sehingga menciptakan pengangguran, jatuhnya nilai mata uang rial, dan korupsi terhadap anggaran negara.
"Setahun lalu tak ada yang akan percaya ... bahwa Eropa akan berpihak pada Iran dan melawan Amerika," kata Rouhani.
"Rusia, China, India, Uni Eropa, dan beberapa negara Afrika dan Amerika Latin merupakan teman kami. Kami harus bekerja dengan mereka dan menarik investasi," ujarnya menambahkan.
Editor: M. Irfan Ilmie
Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2018