“Penghalang sulitnya mendapatkan kemerdekaan adalah kurangnya mendapatkan rasa persatuan karena masing-masing pemuda memiliki ego. Adanya pengakuan ber-Tanah Air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu itu mencetuskan Sumpah Pemuda. Setelah Sumpah Pemuda tahun 1928, akhirnya kita merdeka pada tahun 1945,” terang Tina saat dihubungi Antara melalui aplikasi pesan Whatsapp, Sabtu.
Menanggapi isu intoleransi yang kini melanda kaum milenial, pemilik nama lengkap Agustina Hermanto itu memiliki pesan khusus.
“Kaum milenial itu harus mengedepankan persatuan, nasionalisme, dan toleransi. Bangsa Indonesia itu memiliki beragam suku, bangsa, agama, hingga pulau. Kalau kita nggak bisa bertoleransi dan tidak saling menghargai pasti ribut. Makanya, ada Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu,” tegas alumnus magister hukum Universitas Tarumanegara ini.
Selain itu, calon legislatif (caleg) PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta mengingatkan juga agar kaum milenial lebih bijak menggunakan sosial media.
“Dalam menanggapi segala sesuatunya itu jangan termakan orang yang tidak bijak. Dapat sedikit hoaks, langsung disebarin, ditelan mentah-mentah, dan tidak berpijak pada fakta,” ungkap Tina.
Tak ketinggalan, ia mengajak agar para pemuda Indonesia memperingati hari Sumpah Pemuda dengan kegiatan positif.
“Mengikuti acara kekinian, seperti nge-vlog, diskusi kenegaraan, atau kegiatan yang meningkatkan rasa nasionalisme,” pungkas perempuan berusia 25 tahun ini.
Baca juga: Tina Toon "nyaleg" untuk wujudkan aspirasi kaum muda
Baca juga: Tina Toon jadi caleg ingin suarakan pemuda
Pewarta: Anggarini Paramita
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018