Jakarta (ANTARA News) - Pemuda harus merawat persatuan bangsa agar persatuan yang telah terjalin selama ini tidak terpecah, katak psikolog keluarga Alissa Wahid dalam Dialog Sumpah Pemuda di Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Jakarta pada Minggu.Bangsa ini terlalu rumit untuk dipimpin satu golongan saja.
"Saat ini kita hidup dalam kemajemukan, ada segala suku dan agama. Tetapi persatuan Indonesia itu tidak selamanya, kita butuh merawat persatuannya agar tidak terpecah," kata Alissa.
Dia mengatakan dalam sejarah Indonesia anak muda selalu mempunyai peran penting seperti pada peristiwa Sumpah Pemuda, diawali keinginan pemuda seluruh nusantara untuk berkumpul membahas tentang kemerdekaan bangsa.
Tak hanya itu dua hari sebelum 17 Agustus 1945, pemuda menculik pemimpin bangsa dan mendesak mereka menyatakan kemerdekaan karena saat itu adalah kesempatan Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya, begitu juga dengan peristiwa reformasi 1998 yang digerakkan oleh para anak muda.
Alissa mengatakan saat ini Indonesia juga tengah menunggu dan memanggil anak mudanya untuk ikut bekiprah membawa Indonesia menjadi elemen dunia yang besar dan jaya.
Teknologi yang canggih dan kemudahan mendapatkan informasi pada saat ini menurut Alissa justru bisa menjadi tantangan untuk para pemuda memajukan bangsa.
"Segala sesuatu menjadi lebih mudah sekarang, melalui jemari kita semua bisa langsung tersedia. Untuk itu membutuhkan kemandirian dari kita dan panjang akal dalam menggunakan dan menerima informasi agar tidak terjebak dengan informasi hoaks," kata dia.
Sementara itu Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan pernyataan Sumpah Pemuda yang dihasilkan pada 28 Oktober 1928 tersebut harus diperkuat dari waktu ke waktu.
"Putusan Kongres Pemda II ada pernyataan bahwa apa yang disumpahkan itu (Sumpah Pemuda) dari waktu ke waktu mesti diperkuat dengan mengingat dasarnya yaitu sejarah," kata dia.
Dia mengatakan sejarah Indonesia dibangun dari berbagai suku bangsa dan agama, masyarakat yang berbeda-beda tersebut datang untuk berkumpul dan memilih untuk bersatu. Untuk itu pada Kongres Pemuda II juga telah menyepakati bahwa persatuan yang terjalin juga harus dipupuk dengan kemauan, keinginan dan kehendak untuk terus bersatu.
Menurut dia cara memupuk persatuan tersebut bisa dengan menyadari bahwa manusia hidup di dunia ini tidak dapat berjalan sendirian.
"Bangsa ini terlalu rumit untuk dipimpin satu golongan saja," kata dia.
Selain itu pada peristiwa 90 tahun silam itu juga dinyatakan bahwa alasan mereka bersatu adalah kepanduan.*
Baca juga: Ketika pemuda memilih jadi relawan
Baca juga: Kesadaran persatuan itu bermula dari Kramat 106
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018