Dana Lari Kemanusiaan untuk Palu bantu sekolah

29 Oktober 2018 08:13 WIB
Dana Lari Kemanusiaan untuk Palu bantu sekolah
Sejumlah pengendara kendaraan bermotor melintas di salah satu jalan di kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (28/10/2018). Satu bulan pascagempa, tsunami dan pencairan tanah (likuifaksi) pada 28 September 2018, kondisi perekonomian di Kota Palu, Sulawesi Tengah, semakin membaik dan masyarakat kembali menjalankan aktifitas seperti biasanya. (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/wsj.)
Medan (ANTARA News) - Kegiatan "Lari Kemanusian Untuk Palu" yang digagas anggota DPR RI Sofyan Tan di Medan, Minggu, berhasil mengumpulkan dana Rp329.400 juta yang diperuntukkan membangun ruang kelas darurat di Palu.

"Kegiatan yang mengambil momentum semangat Sumpah Pemuda itu juga bertujuan untuk bisa membantu korban bencana gempa," ujar anggota DPR RI Komisi X, dr Sofyan Tan di Medan, Minggu.

Dana yang terkumpul Rp329,400 juta itu berasal dari peserta lari yang sekitar 6.588 orang dengan menyumbang Rp50.000 per orang.

Menurut Sofyan Tan, rasa kemanusian atau kepedulian dengan sesama manusia khususnya yang sedang dilanda bencana harus ditanamkan ke dalam diri anak atau generasi muda.

"Sebagai generasi penerus bangsa Indonesia, anak muda harus bisa peka dengan keadaan seklilingnya khususnya terhadap manusia agar NKRI (Negara Kesatuan Republik Indinesia ) terjaga dengan baik," ujarnya.

Kegiatan yang digelar bertepatan Hari Sumpah Pemuda merupakan bukti konkrit pemuda-pemudi Sumut untuk bisa memberikan kontribusi nyata dalam kemanusiaan seperti membantu korban bencana di Palu, Donggala dan Sigi.

Antusias muda-mudi yang menyumbang dalam kegiatan lari di Lapangan Tiara, Jalan Cut Mutia Medan itu diharapkan bisa terus berlanjut.

Dia menjelaskan dana itu akan difokuskan untuk pembangunan kelas-kelas darurat di Palu dan sekitarnya.

"Sudah diperhitungkan dengan dana itu bisa membangun sekitar 22 kelas karena untuk satu kelas dibutuhkan biaya lebih kurang Rp15 juta," kata Sofyan Tan didampingi ketua panitia acara, Rudy Hermanto.

Dari data, disebutkan sebanyak 2.736 sekolah yang hancur akibat bencana dan tsunami di Palu, Donggala dan Sigi dengan kondiai sangat memprihatinkan dan perlu penanganan serius.

Selain pemerintah, masyarakat lain juga memiliki tanggung jawab terhadap normalnya kembali proses belajar mengajar di Palu dan sekitarnya

"Kegiatan Lari Kemanusian Untuk Palu yang diikuti pemuda/pemudi dari berbagai suku, ras dan agama juga menunjukkan masih kuatnya keinginan pemuda mempertahankan NKRI," ujar Sofyan Tan.

Kalau selama ini, pelajar dan mahasiswa lebih banyak berdemo mengkritik pemerintah, maka di acara lari itu, mereka menunjukkan sisi lainnya dan tetap peduli kemanusiaan dan ini menunjukkan kemauan membantu pemerintah.

Sofyan Tan berharap, sikap pemuda untuk bersatu bukan hanya diperlihatkan dalam membantu mengurangi beban korban bencana di Palu saja, namun juga untuk membangun negeri.

Ketua panitia acara Rudy Hermanto mengatakan sejak awal, kegaiatan lari itu diminati masyarakat sehingga peserta banyak.

"Acara peringatan Hari Sumpah Pemuda itu diharapkan bisa membantu masyarakat Palu yang terkena bencana alam dan sekaligus menambah kuat rasa kemanusian anak muda," katanya.*


Baca juga: Kenangan yang tersisa dari bencana Palu-Donggala

Baca juga: Kerusakan dan kerugian gempa Sulteng Rp18,48 T


 

Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018