"Kita prioritas evakuasi dulu dengan cara menyelam, tidak angkat bangkai pesawat dulu," kata Direktur Operasional dan Latihan Basarnas Birgadir Jenderal Marinir Bambang Suryo Aji di kantor Basarnas Jakarta, Senin.
Basarnas masih mencari lokasi bangkai pesawat nahas itu di dalam air menggunakan beberapa alat pendeteksi dan robot yang bisa dikendalikan dari jarak jauh.
Surya mengatakan tim SAR membutuhkan peralatan dari KRI Rigel 933 dan kapal Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi untuk mendeteksi keberadaan benda di dasar laut.
Tim SAR sejauh ini baru menemukan potongan-potongan badan pesawat dan sejumlah potongan tubuh korban yang mengapung di permukaan laut.
"Puing bagian ekor, yang ada logo Lion-nya. Hanya potongan, tidak ada seperti terbakar," kata Suryo.
Suryo tidak bisa memastikan apakah pesawat meledak begitu jatuh ke laut, namun memperkirakan hantaman pesawat yang jatuh dari ketinggian 3.000 kaki akan sangat keras dan berakibat fatal bagi penumpang pesawat.
Kemungkinan, menurut dia, penumpang pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 yang jatuh tersebut tidak ada yang selamat.
Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 yang terbang dari Bandar Udara Soekarno-Hatta Banten menuju Bandar Udara Depati Amir di Pangkalpinang pada Senin pukul 06.10 WIB dilaporkan hilang kontak sekitar pukul 06.33 WIB. Basarnas kemudian menyatakan pesawat yang membawa dua pilot dan lima kru serta 178 penumpang itu jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.
Baca juga:
Pencarian korban kecelakaan Lion Air dilakukan 24 jam
21 pegawai Kementerian Keuangan penumpang Lion Air JT 610
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018