Nila mengatakan, keempat dokter itu adalah seorang dokter yang baru lulus spesialis yang akan menjalankan pengabdian, dokter gigi yang membawa serta suami dan dua anak, serta dokter puskesmas bersama suaminya yang juga dokter.
"Untuk dokter yang dalam pengabdian tentu kami akan memberikan santunan jika benar dia menjadi salah satu korban," ujar Nila Moeloek di Rumah Sakit Polri Said Sukanto, Jakarta, Senin (29/10) malam.
Sementara terkait dokter yang lain, Nila mengaku masih mencari informasi apakah kedatangan mereka di Jakarta dalam rangka tugas atau tidak.
Selain para dokter tersebut, satu lagi yang berada di dalam pesawat nahas tersebut adalah staf kantor kesehatan pelabuhan.
Nila menyebut dirinya sudah bertemu dengan keluarga pegawai kantor kesehatan itu.
"Saya bertemu istri dan anaknya. Mereka bilang bahwa benar suaminya pergi ke Pangkal Pinang dengan pesawat itu. Mereka pun melakukan pendataan dan pengambilan DNA untuk dicocokkan datanya dengan korban yang ada di RS Polri," kata dia.
Sebelumnya, pesawat tipe Boeing 737 Max 8 dengan nomor penerbangan JT610 milik operator Lion Air yang terbang dari Bandar Udara Soekarno Hatta, Banten, menuju Bandar Udara Depati Amir di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, hilang kontak pada Senin, 29 Oktober 2018 pada sekitar pukul 06.33 WIB.
Badan SAR Nasional (Basarnas) lalu memastikan pesawat Lion Air JT610 bernomor registrasi PK-LQP tersebut jatuh di perairan Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Pesawat itu sendiri membawa 178 penumpang dewasa, satu penumpang anak-anak dan dua bayi dengan dua pilot dan lima awak pesawat.
Sampai pukul 00.30 WIB, Selasa (30/10), sebanyak 24 kantong jenazah korban jatuhnya Lion Air JT610 tiba di Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Polri Raden Said Sukanto. Sebanyak 132 keluarga sudah memberikan data korban sebelum meninggal atau antemortem kepada tim Investigasi Korban Bencana (DVI) Polri.
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018