"Siswa-siswi tidak boleh berhenti sekolah karena bencana. BUMN akan selalu membantu," kata Rini di hadapan siswa dan pengajar di SMP Negeri 1 Sigi, Selasa.
Dengan adanya ruang kelas sementara, Rini berharap siswa dan para pengajar dapat segera beraktivitas sehingga tidak mengingat-ingat lagi mengenai bencana gempa bumi dan tsunami.
Siswa di SMP Negeri 1 Sigi berjumlah 679 siswa, dengan perincian siswa kelas VII 214 orang, kelas VIII 253 orang, dan kelas IX 212 orang. Tercatat empat siswa sekolah tersebut meninggal dunia karena bencana gempa bumi dan tsunami.
Sebanyak empat rukatara di SMP Negeri 1 Sigi dengan panjang 12,5 meter, lebar lima meter, dan tinggi 2,4 meter dengan kapasitas hingga 42 siswa.
Sementara, jumlah siswa di SD Inpres Perumnas Balaroa tercatat 401 orang sebelum bencana. Setelah bencana, siswa yang hadir di rukantara sebanyak 127 orang dan 44 orang teridentifikasi meninggal dunia.
Kepala Sekolah SD Inpres Perumnas Balaroa Siti Utari mengatakan 80 persen siswa kehilangan rumah. Ia menuturkan bahwa sekolah dan prasarananya juga telah hancur.
"Harapannya, membangun sekolah permanen agar siswa bisa sekolah dengan nyaman. Meja dan kursi bagi siswa dan guru sangat dibutuhkan karena sekarang masih melantai di ruang kelas sementara," ujar dia.
Jumlah rukatara yang dibangun di SD Inpres Perumnas Balaroa sebanyak enam ruang kelas dengan panjang 10 meter dan lebar lima meter. Rukantara dibangun menggunakan tripleks dan rangka baja.
Pewarta: Calvin Basuki
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018