• Beranda
  • Berita
  • Bakal dongkrak harga CPO, Gapki dukung percepatan Program B20

Bakal dongkrak harga CPO, Gapki dukung percepatan Program B20

31 Oktober 2018 16:08 WIB
Bakal dongkrak harga CPO, Gapki dukung percepatan Program B20
Presiden Joko Widodo (tengah) berbincang dengan Menko Perekonomian Darmin Nasution (kiri) dan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono (kanan) saat pembukaan Indonesia Palm Oil Conference 2018 and 2019 Price Outlook (IPOC 2018) di Nusa Dua, Bali, Senin (29/10/2018). (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)

Kalau melihat besarnya produksi minyak sawit ini, Program Mandatori B20 tidak akan pernah mengalami kesulitan bahan baku

Nusa Dua ( ANTARA News) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mendukung percepatan Program Mandatori Biodiesel 20 persen (B20) karena diyakini bakal mendongkrak harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar internasional dan memiliki dampak positif terhadap neraca perdagangan nasional.

"Kami setuju sekali dengan apa yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa Program B20 akan meningkatkan penyerapan minyak sawit di pasar domestik," ujar Ketua Umum Gapki Joko Supriyono di Nusa Dua, Bali, Rabu.

Hal itu dikemukakan menanggapi pernyataan Presiden Jokowi pada peresmian Konferensi Minyak Sawit Internasional (IPOC) 2018 & 2019 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, Senin (29/10). Presiden Jokowi mengatakan implementasi pemakaian  B20 terus dipercepat dan dilaksanakan secara maksimal.

"Ngapain kita impor minyak kalau dari kelapa sawit kita bisa gunakan campuran biodiesel," ujar Presiden.

Pada kesempatan itu Presiden juga menyebutkan lima hal yang harus dilakukan dalam pengembangan industri minyak sawit nasional.

Baca juga: Presiden buka IPOC 2018 minta produktivitas sawit ditingkatkan

Oleh karena itulah, lanjut Joko  Supriyono, Gapki mendukung penuh Program Mandatori B20 yang diperluas itu, karena tidak hanya bakal mendongkrak harga CPO di tengah perlambatan permintaan ekspor saat ini, tapi juga bisa mengurangi impor minyak mentah yang akan berdampak positif pada neraca perdagangan Indonesia.

"Ini akan membantu negara mengurangi defisit neraca perdagangan dan tentu saja akan mengurangi dampak fluktuasi nilai tukar rupiah," katanya.

Ia menjelaskan pada 2018 produksi CPO nasional bisa menembus angka 42 juta ton. Dari total produksi tersebut, sebanyak 30 juta ton di antaranya akan diekspor.

“Kalau melihat besarnya produksi minyak sawit ini, program mandatori B20 tidak akan pernah mengalami kesulitan bahan baku," ujar Joko Supriyono.

Kondisi dan proyeksi pasar minyak sawit dunia tahun ini dan tahun depan akan dibahas secara lebih detail IPOC 2018 and 2019 Price Outlook, pada 1-2 November, di Nusa Dua, Bali.

Pada Konferensi Internasional Minyak Sawit ke-14 yang mengambil tema "Palm Oil Development: Contribution to SDGs" tersebut akan hadir Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita,  dan Kepala Bappenas/PPN Bambang Brodjonegoro menjadi pembicara khusus pada hari pertama konferensi.

Sementara itu para pakar komoditas seperti James Fry dari LMC International Inggris, Dorab Mistry dari Godrej International Ltd Inggris, dan Thomas Mielke dari Oil World Jerman, juga kembali akan memaparkan riset dan proyeksi mereka.

Pembicara lainnya yang tidak kalah penting dari dalam negeri antara lain Deputi Kemenko Perekonomian bidang Pangan dan Pertanian
 Musdalifah Mahmud,  Council of Palm Oil Producing Countries Mahendra Siregar, dan  Ketua Sekretariat ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil)
Aziz Hidayat.

Konferensi internasional CPO terbesar di dunia itu diperkirakan dihadiri 1.500 peserta dari 36 negara.

Baca juga: Jokowi soroti rumitnya dana peremajaan kelapa sawit

Baca juga: 52 persen minyak sawit berkelanjutan dunia dari Indonesia




 

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2018