Waspadai diabetes pada anak

31 Oktober 2018 16:41 WIB
Waspadai diabetes pada anak
Ilustrasi anak yang terkena diabetes harus menyuntik insulin (Shutterstock)
Jakarta (ANTARA News) - Ahli endokrin anak Dr. dr. Aman Pulungan, Sp.A (K) mengungkapkan orangtua mesti mewaspadai gejala-gejala Diabetes Melitus (DM) pada anak antara lain anak sering haus, lapar, kencing, gatal, dan berat badan menurun drastis.

"Pasien diabates anak ini sudah mencapai 97 juta orang di Indonesia, baik untuk kasus DM tipe-1 dan DM tipe-2. Untuk kasus DM tipe-1 itu paling banyak jumlahnya ketimbang DM tipe-2 . Namun, DM tipe-2 ini juga cenderung meningkat jumlahnya," ungkap Dr. Aman saat berbincang usai acara “Kenali Gejala Dini Kanker Pada Anak” di Jakarta, Rabu. 

Menurutnya, orangtua selain memerhatikan ciri fisik anak,“Periksa gula darah anak saat dia masuk UGD.”

“Untuk kadar gula darah normal anak itu antara 100 mg/dl hingga 200 mg/dl. Tapi, bila kadar gula darah lebih dari 200 mg/dl itu sudah dikategorikan diabetes,” imbuhnya. 

Khusus pada kasus DM tipe-1, sambungnya, komplikasi terparahnya adalah pasien meninggal. Sayangnya, anak dengan DM tipe-1 ini merupakan anak “terpilih”. 

"Siapa saja tidak harus menunggu faktor keturunan dapat terkena diabetes DM tipe-1. Karena itu, anak-anak yang terkena itu diabetes tersebut disebut ‘mereka terpilih’. DM tipe-1 dipengaruhi gen tertentu, tapi bukan turunan. Penyebab dari diabetes ini adalah auto-imun," papar Dr. Aman.

Baca juga: Sulit deteksi tanda dan gejala diabetes gestasional

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia ini mengatakan bahwa ada faktor risiko yang memicu auto-imun dan kemudian meningkat menjadi DM. 

"Adanya infeksi virus seperti arbovirus, polio, coxsackie. Selain itu, ada juga defisiensi vitamin D," imbuh Dr. Aman.

Baca juga: Waspadai penyakit serius jika muncul bercak hingga ingin makan es terus-terusan

Kepala Divisi Endokronologi Departemen Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo/ FKUI ini menandaskan bahwa DM tipe-1 ini bila tidak diketahui sejak awal dan tak tertangani dengan baik berujung pada kematian. 

"Untuk DM tipe-2 ini, data agak sulit didapat. Sehingga, karena belum parah dibiarkan saja. Baru pada usia di atas 18 tahun akan ketahuan DM," tutur Dr. Aman. 

Kasus DM pada anak ini di Indonesia ini bagaikan fenomena gunung es. Oleh karena itu, anggota Dewan Penasehat Physician International Society for Pediatric and Adolescent Diabetes ini menyarankan agar antisipasi DM pada anak dilakukan sejak dini. 

"Seperti kasus DM anak yang banyak ditemukan di Jepang. Anak-anak di sana diminta untuk tes urin sehingga ketahui dari awal berapa banyak anak yang menderita diabetes. Apalagi, data saya menyebutkan bahwa terdapat 40 persen anak di Indonesia yang mengalami resisten insulin," papar Dr. Aman.

Baca juga: Batasi konsumsi gula pada anak
 

Pewarta: Anggarini Paramita
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018