• Beranda
  • Berita
  • Indonesia memiliki Pusat Lahan Gambut Tropis Internasional

Indonesia memiliki Pusat Lahan Gambut Tropis Internasional

31 Oktober 2018 17:10 WIB
Indonesia memiliki Pusat Lahan Gambut Tropis Internasional
International Tropical Peatland Centre atau Pusat Lahan Gambut Tropis Internasional (ITPC) di Bogor, Jawa Barat. Istimewa

Jakarta (ANTARA News) -  Indonesia sering menjadi rujukan berbagai negara untuk mendalami pengalaman mengelola lahan gambut dan hal itu menjadi landasan didirikan International Tropical Peatland Centre atau Pusat Lahan Gambut Tropis Internasional (ITPC) di Bogor, Jawa Barat.

Menurut keterangan pers yang disampaikan di Jakarta, Rabu, ITPC merupakan wujud Pemerintah Indonesia yang konsisten menjawab tantangan menjaga kelestarian ekosistem gambut.

 ITPC merupakan inisiatif Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya. ITPC yang diresmikan di Jakarta pada Selasa (30/10) sebagai tempat rujukan informasi dan pusat pengetahuan berbagai negara di dunia dalam tata kelola gambut.  

Menteri lingkungan hidup dari negara kaya gambut tropis lainnya, seperti Republik Kongo dan Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP) Erik Solheim ikut hadir dalam peresmian ITPC, selain perwakilan instansi pemerintah, mitra internasional, sektor swasta, masyarakat sipil dan media.

Pusat ekosistem gambut tropis ini akan menjadi tempat belajar bagi negara lain yang ingin mengetahui tentang wilayah gambut tropis dan bagaimana merestorasi serta merawat gambut tropis bagi kepentingan masa depan lingkungan hidup dunia

Selama ini, Indonesia memiliki banyak sekali hasil riset mengenai gambut. Nantinya riset-riset tersebut akan ditampilkan di pusat ekosistem gambut tropis tersebut.

Inisiatif tata kelola gambut Indonesia, menurut Siti Nurbaya, datang dari Presiden Joko Widodo. Inisiatif lainnya dari Presiden dan Wapres adalah dengan mendirikan Badan Restorasi Gambut (BRG).

"rahan Presiden dan Wapres, tata kelola gambut harus bisa diterima secara internasional dan berkelas dunia. “Makanya kemudian kita rancang struktur organisasi BRG yang seperti sekarang,'' kata Siti Nurbaya.

BRG harus berkonsentrsi pada tata kelola air, operation dan  maintenance infrastruktur kanal gambut. Selain itu riset internasional serta dalam hubungan dan dukungan internasional.

Bukan badan yang “gemuk ke bawah” sampai ke daerah-daerah. “Karena kalau kegiatan pengelolaan lahan dan kawasan sebetulnya sudah terbagi habis di tugas-tugas sektoral. Kita tidak  bermaksud mengeluarkan gambut dari kawasan,”' katanya.

Jadi pendekatan terbentuknya BRG di Indonesia juga harus  dipahami semua pihak dengan baik. Karena itu patut sangat bersyukur, pada akhirnya dapat merealisasikan Pusat Gambut Tropis Internasional yang bisa menjadi rujukan pengetahuan bagi dunia.

Badan Pengembangan dan Inovasi Penelitian Kehutanan dan Lingkungan Indonesia (FOERDIA) bersama dengan Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) di Bogor akan berfungsi sebagai tuan rumah bagi sekretariat ITPC sementara.

Pemerintah Indonesia juga mengundang negara-negara gambut tropis lainnya, mitra sumber daya serta ilmuwan, pembangunan dan kolaborator lain untuk bergabung dengan ITPC dalam meningkatkan pengetahuan dan melindungi melalui ekosistem di lingkungan bersama.


Baca juga: Republik Kongo jadikan Kalbar referensi restorasi gambut
Baca juga: Pakar Jerman: Indonesia ungguli restorasi gambut Eropa
Baca juga: Walhi: rawa gambut bukan lahan tidak produktif

Pewarta: Sri Muryono
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018