Menurut Umam, turbulensi mesin politik Prabowo-Sandi ini terutama disebabkan oleh desain awal penentuan komposisi capres-cawapres yang diborong semuanya oleh perwakilan Partai Gerindra.
"Akibatnya, baik PAN, PKS, dan terutama Partai Demokrat merasa tidak memiliki irisan kepentingan yang besar dalam mengefektifkan soliditas mesin politiknya," kata Umam di Jakarta, Kamis.
Dengan kondisi seperti itu, kata peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) ini, partai akan cenderung mengamankan suara mereka di pemilu legislatif ketimbang harus ikut berkeringat di pemilihan presiden.
Turbulensi mesin politik Prabowo-Sandi, menurut Umam juga disebabkan oleh berlarut-larutnya konflik, kompetisi, dan negosiasi politik internal yang tak kunjung selesai.
"Misalnya, tarik ulur posisi Wakil Gubernur DKI Jakarta yang hingga kini masih meningkatkan tensi politik antara Partai Gerindra dan PKS," kata doktor ilmu politik lulusan School of Political Science and International Studies, The University of Queensland, Australia itu.
Belum lagi kubu internal PKS yang mengalami konflik internal dan berpotensi terjadi pembelahan secara sistematis setelah munculnya Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) di bawah komando mantan Presiden PKS Anis Matta yang berujung pada pemecatan sejumlah pucuk pimpinan PKS di tingkat lokal.
"Jika mereka serius dengan peningkatan elektoral dan soliditas mesin politiknya, seharusnya hal-hal seperti ini harus cepat diredam agar kerja-kerja politik mereka lebih fokus dan terarah," kata Umam.
Baca juga: Prabowo minta relawan di Ponorogo kerja keras menang Pilpres
Baca juga: FARA adukan Jokowi ke Bawaslu terkait jembatan Suramadu gratis
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018