Anak-anak yang tampak berunjuk rasa bersama orang tuanya, turut mengenakan atribut demo seperti ikat kepala bertuliskan kalimat Tauhid, baju gamis, dan peci.
Di tengah kerumunan ribuan massa, anak-anak tersebut tampak terhimpit oleh pendemo dewasa yang lalu lalang.
Bahkan, satu pendemo cilik bernama Naufal (6) dikabarkan terpisah dari orang tuanya.
Salah satu orator dari mobil aksi sempat mengumumkan pihaknya menemukan Naufal yang terpisah dari ayahnya, Juned.
“Untuk Bapak Juned dari Pinang Ranti harap menemui anaknya di mobil orasi,” kata seorang orator yang tidak terlihat sosoknya dari kejauhan.
Ribuan massa dari berbagai daerah di Jabodetabek, Cirebon, hingga Garut, mengikuti aksi Bela Tauhid 211 di areal Patung Kuda, depan gedung PT Indosat, Jalan Medan Merdeka Barat.
Rencananya, massa akan berunjuk rasa depan Istana Merdeka, tetapi kawat berduri dan jajaran polisi menghalau gerak massa di dua ruas jalan depan Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata.
Aksi dimulai usai ibadah shalat Jumat pada pukul 13.00 WIB dan rencananya berakhir pada pukul 18.00 WIB.
Irwan Syaifulloh, salah satu orator yang mengaku dari elemen gerakan 212, mengaku tuntutan mereka agar pemerintah mengakui bahwa pelaku membakar bendera bertuliskan kalimat Tauhid, bukan bendera kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Ia juga mengatakan, massa meminta agar pemerintah berlaku adil dan menindak pelaku dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Baca juga: Orator aksi "211" kecewa dihalau polisi
Baca juga: Wiranto temui 10 orang perwakilan Aksi 211
Baca juga: Polisi berpeci putih kawal Aksi Bela Tauhid
Pewarta: Genta Tenri Mawangi dan Taufik Ridwan
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2018