"Masalah ini tidak bisa diselesaikan secara sepihak. Tidak bisa diselesaikan satu kelompok menjustifikasi, merasa benar, tidak bisa. Ini masalah umat islam, yang harus diselesaikan oleh umat Islam. Dan umat islam diwakili para pimpinan ormas yang nanti saya fasilitasi untuk kita bincangkan. Hal-hal yang sekarang ini belum ketemu," kata Wiranto saat jumpa pers usai melakukan pertemuan dengan perwakilan massa Aksi Bela Tauhid "211", di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat petang.
Ia meminta persoalan ini tidak perlu dibesar-besarkan, namun intinya pihaknya akan membicarakan persoalan ini dengan ormas Islam dengan penuh rasa kekeluargaan dan tanggung jawab.
"Ini merupakan tanggung jawab kita bersama untuk kita bagaimana merawat membina umat islam agar selalu dalam suasana damai, suasana tenang," ujar purnawirawan Jenderal bintang empat ini.
Ia berharap persoalan pembakaran bendera kalimat Tauhid tidak menimbulkan perpecahan dengan sesama anak bangsa.
"Jangan sampai masalah ini menjadi sesuatu yang menyebabkan satu sama lain kita tidak akur. Satu sama lain kita berbeda pendapat sampai terjadi sesuatu yang merugikan kepentingan bangsa," ujar Wiranto.
Mengenai tuntutan para peserta aksi, Wiranto menuturkan dirinya akan membicarakan dengan segenap pemangku kepentingan, yang menyangkut masalah pembakaran bendera itu, apakah menteri agama, kepolisian, menkumham dan lainnya.
"Saya akan mengajak ormas-ormas yang lain ikut membicarakan masalah ini. Ini masalah kita, masalah kebangsaan. Masalahnya memang terjadi di satu kecamatan, tapi kalau kita tidak hati- hati akan merugikan kita sebagai bangsa. Dengan semangat kebersamaan, semangat ukuwah Islamiyah kita membincangkan," kata Wiranto.
Ia pun akan menyampaikan hasil pertemuan dengan perwakilan peserta aksi kepada Presiden Joko Widodo.
Sementara itu, Jubir Aksi Bela Tauhid, Awit Mashuri, mengatakan, masih terjadi pro dan kontra terkait pembakaran bendera kalimat Tauhid tersebut.
"Ada yang menyebutkan bahwa itu bendera Rasulullah, namun ada yang menyebutkan itu bendera ormas tertentu. Oleh karenanya, Pak Wiranto akan mengumpulkan ormas Islam untuk menyelesaikan masalah ini. Nanti mudah-mudahan bisa clear tidak terjadi lagi," kata Awit.
Dalam tuntutannya itu, pihaknya mendesak pemerintah bahwa bendera Tauhid adalah bendera Rasulullah SAW, bukan bendera ormas apa pun, sehingga tidak boleh dinistakan oleh siapa pun.
Mereka juga menuntut agar pemerintah dalam hal ini kepolisian memproses hukum pelaku pembakaran bendera tauhid, baik pelaku maupun aktor intelektual yang mengajarkan dan mengarahkan serta menebar kebencian untuk memusuhi bendera tauhid.
Awit mengimbau kepada seluruh Umat Islam Indonesia untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan serta tidak mudah di adu domba oleh pihak manapun.
"Umat beragama agar menghormati simbol-simbol agama dan selalu menjaga Kebhinekaan sehingga tidak adalagi persekusi atau penolakan terhadap pemuka agama atau aktivis di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia," tuturnya.
Pertemuan yang berlangsung sekitar dua jam itu dihadiri sepuluh perwakilan aksi, yakni Jubir Front Pembela Islam (FPI), Slamet Maarif, Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al Khaththath, Habib Hanif, Ust Asep Syarifuddin, KH Nasir Zein, Ust Awit Masyuri, Egi Sujana, Ust Maman S, Abah Ra'ud, dan Ibu Nurdiyati.
Sementara Wiranto didampingi oleh Wakapolri Komjen Pol Ari Dono Sukmanto, Sesmenko Polhukam Letjen TNI Agus Surya Bakti dan jajaran Kemenko Polhukam lainnya.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018