"Jangan sampai umat Islam terprovokasi lagi apalagi membawa kepada perpecahan," kata Din di sela acara Pekan Pancasila di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Jumat.
Din berharap para pendukung Aksi Bela Tauhid tetap menjaga perdamaian dengan tetap memperhatikan etika keadaban. Niat yang baik, menurut dia, seyogianya disampaikan secara baik-baik pula. "Umat islam harus benar-benar menyadari ukhuwah islamiyah terlalu mahal untuk dikorbankan," kata dia.
Hal itu disampaikan Din, karena ia menilai aksi tersebut memiliki potensi ditunggangi oleh pihak-pihak yang hanya ingin memecah-belah umat.
"Saya justru menengarai lain. Hal-hal ini semua tidak lepas dari pihak lain orang luar yang ingin mengadu domba umat Islam," ucap dia.
Meski demikian, menurut dia, aksi itu sah dan tidak perlu ditanggapi secara sinis karena secara konstitusi di Indonesia memang menjamin kebebasan berekspresi.
"Jadi kebebasan untuk berpendapat sah selama tidak terjebak dalam kekerasan anarkisme dan tidak dalam bentuk yang menebarkan permusuhan sesama kelompok," tuturnya.
Menurut Din, bagi umat Islam pembelaan terhadap tauhid pada dasarnya dapat diwujudkan dengan menampilkan kepribadian tauhid yang sejati.
Terkait kasus pembakaran bendera di Garut, Jawa Barat, menurut Din, pada dasarnya sudah ada pembicaraan dalam pertemuan antara ormas-ormas Islam di kediaman Wakil Presiden Jusuf Kalla. Din juga mengaku ikut hadir dalam pertemuan itu.
"Intinya ya dari Banser, GP Ansor, termasuk PBNU sudah meminta maaf maka ya perlu diberi maaf dan saya kira kasus itu ya sudahlah sebagai sebuah kesalahan jangan terjadi lagi apapun motivasinya karena memang ada kalimat yang penting bagi umat Islam itu," ujarnya.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018