• Beranda
  • Berita
  • Harga minyak lanjutkan penurunan setelah AS mungkin ringankan sanksi Iran

Harga minyak lanjutkan penurunan setelah AS mungkin ringankan sanksi Iran

3 November 2018 07:18 WIB
Harga minyak lanjutkan penurunan setelah AS mungkin ringankan sanksi Iran
Harga minyak mentah. (ANTARA News/Ridwan Triatmodjo)

Harga Brent menjadi 72,83 dolar AS per barel dan minyak mentah AS jadi 63,14 dolar AS per barel

New York (ANTARA News) - Harga minyak turun sekitar satu persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) dan membukukan kerugian mingguan lebih dari enam persen, karena investor khawatir tentang kelebihan pasokan setelah Amerika Serikat mengatakan sementara akan menghindari delapan yurisdiksi dari sanksi-sanksi terkait Iran.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan keputusan itu dalam sebuah konferensi jarak jauh. Keringanan sanksi dapat memungkinkan pembeli utama untuk tetap mengimpor minyak Iran setelah hukuman ekonomi mulai berlaku pada Senin (5/11).

Harga minyak mentah Brent berjangka turun enam sen AS menjadi menetap di 72,83 dolar AS per barel, sebut Reuters. Minyak mentah AS turun 55 sen AS menjadi mengakhiri sesi di 63,14 dolar AS per barel, kehilangan 0,86 persen.

Kedua kontrak telah jatuh lebih dari 15 persen dari dekat tertinggi empat tahun, yang disentuh pada awal Oktober karena kekhawatiran bahwa sanksi-sanksi Iran yang kian dekat bisa menguras pasokan dari pasar global.

Pompeo tidak menyebutkan yurisdiksi, tetapi mengatakan Uni Eropa secara keseluruhan, yang memiliki 28 anggota, tidak akan menerimanya.

India, Irak dan Korea Selatan berada di daftar keringanan, kata seorang sumber yang akrab dengan masalah yang berbicara dengan syarat anonim. Di bawah undang-undang AS, pengecualian tersebut hanya dapat diberikan hingga 180 hari.

Turki telah diberitahu akan menerima keringanan atas sanksi-sanksi AS terhadap penjualan minyak Iran, Menteri Energi Turki Fatih Donmez mengatakan.

Iran mengatakan pada Jumat (2/11) bahwa pihaknya tidak memiliki kekhawatiran atas reimposisi sanksi-sanksi.

Di Twitter, dalam pesan yang dirancang untuk menekankan kebijakan "tekanan maksimum"-nya terhadap Iran, Presiden AS Donald Trump memasukkan foto dirinya sendiri yang mencontoh poster acara televisi populer dengan judul: "Sanksi akan datang pada 5 November."

"Sepertinya semua kekhawatiran tentang pengetatan pasokan karena hilangnya barel Iran di pasar telah mengering," kata Gene McGillian, direktur riset pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.

"Di atas itu, kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan global juga membantu ... pasar terus mencari titik terendah."

Harga telah berada di bawah tekanan karena produksi minyak dunia telah meningkat secara signifikan dalam dua bulan terakhir. Data Kementerian Energi Rusia menunjukkan pada Jumat (2/11) bahwa negara itu memproduksi 11,41 juta barel per hari (bph) minyak mentah pada Oktober, tertinggi dalam 30 tahun.

AS percaya bahwa pasokan minyak global akan melebihi permintaan tahun depan, sehingga lebih mudah bagi negara-negara untuk memotong impor minyak Iran ke nol, kata pejabat senior AS, Jumat (2/11).

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mendorong produksi minyak pada Oktober menjadi 33,31 juta barel per hari, naik 390.000 barel per hari dan tertinggi oleh OPEC sejak 2016.

AS menantang Rusia untuk menjadi produsen utama, dengan produksi minyak mentah AS sekarang di atas 11 juta barel per hari.

Jumlah rig pengeboran minyak AS menurun minggu ini untuk pertama kalinya dalam empat minggu, dengan pengebor mengurangi satu rig minyak dalam seminggu yang berakhir 2 November, sehingga jumlahnya turun menjadi 874 rig, perusahaan jasa-jasa energi Baker Hughes mengatakan dalam sebuah laporan pada Jumat (2/11).

"Hedge fund" dan manajer uang memangkas posisi kontrak berjangka dan opsi jangka panjang bersih AS dalam minggu terakhir menjadi ke terendah baru satu tahun, menurut data dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC).

Baca juga: China turunkan harga BBM
Baca juga: Harga minyak turun, Brent jadi 75,47 dolar
 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018