• Beranda
  • Berita
  • Menteri Agama: budaya dan agama tak perlu dipertentangkan

Menteri Agama: budaya dan agama tak perlu dipertentangkan

3 November 2018 15:26 WIB
Menteri Agama: budaya dan agama tak perlu dipertentangkan
Arsip Foto. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (kanan) didampingi Rektor Universitas Islam Sunan Ampel (Uinsa) Abdul A'la menyampaikan materi di sela acara Indonesia Mengaji di Halaman Uinsa, Surabaya, Jawa Timur, Senin (5/3/2018). (ANTARA /M Risyal Hidayat)
Yogyakarta (ANTARA News) - Saat membacakan tanggapan terhadap pernyataan sikap agamawan dan budayawan tentang relasi agama dan budaya di Indonesia pada Sabtu di Bantul, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa dalam konteks berbangsa dan bernegara, budaya dan agama sejatinya dua hal yang tidak perlu dipertentangkan.

Pernyataan itu merupakan poin pertama dari empat kesepakatan agamawan dan budayawan setelah Sarasehan Agamawan dan Budayawan bertajuk "Reaktualisasi Relasi Agama dan Budaya di Indonesia" yang berlangsung di Homestay Tembi, Desa Timbulharjo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Pengembangan budaya di Indonesia sudah seharusnya menghargai nilai-nilai prinsip kami dalam agama, dan sebaliknya pengembangan agama juga tidak semestinya mengakibatkan hancurnya keragaman budaya, tradisi dan adat istiadat di Indonesia," katanya.

Ia menyatakan agama dan budaya berkembang secara harmonis dalam perjalanan sejarah panjang bangsa Indonesia.

"Keduanya telah bersama-sama mewariskan nilai, norma, dan etika yang terbukti berhasil mempersatukan keragaman masyarakat Indonesia yang sangat beragam," katanya.

Sikap membenturkan nilai dan norma agama dengan keragaman budaya Indonesia, ia melanjutkan, dapat merusak modal sosial dan modal kultural yang telah menjadi fondasi bangsa dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Menteri Agama juga menyatakan bahwa pemerintah akan terus berupaya menanamkan pada anak Indonesia keyakinan bersama bahwa keragaman adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama Mastuki sebelumnya mengatakan sarasehan mengenai relasi agama dan budaya digelar untuk memberi ruang dialog bagi agamawan, cedekiawan dan budayawan.

"Baru-baru ini kami mendapati satu dua kasus terjadinya perbedaan cara pandang terkait praktik budaya dan agama. Kami melihat perlu ada ruang untuk melakukan dialog antara agamawan, cendekiawan, dan budayawan," katanya.

Sarasehan yang berlangsung 2-3 November 2018 itu antara lain dihadiri  oleh Radhar Panca Dahana, Sujiwo Tedjo, Ridwan Saidi, Wisnu Bawa Tenaya, Agus Noor, K.H. Abdul Muhaimin, Biksu Pannyavaro, Fatin Hamama, Amin Abdullah, dan John Titaley.

Baca juga:
Pemuda ASEAN pelajari keberagaman budaya dan agama Indonesia
Budayawan: jangan benturkan agama dengan budaya

 

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018