"Kami usulkan setiap daerah memilih maksimal tiga potensi atau produk unggulan yang mau difokuskan," ujar Eko di Jakarta, Sabtu.
Dia melanjutkan desa harus fokus ke satu lokasi yang mau digerakkan sehingga skala produksinya cukup dan kemudian pihak Kemendes akan membawa dunia usaha ke desa.
"Kalau ada pabrik, ada investasi, ada pekerjaan juga di situ, ada retribusi buat daerah juga, tapi yang paling penting juga masyarakatnya berdaya."
Selain itu, dia juga menyarankan untuk mendorong masyarakat desa untuk ikut dalam program inovasi desa melalui Bursa Inovasi Desa. Pihaknya memiliki program desa percontohan bagi desa-desa yang memiliki inovasi, yang mana pihak Kemendes PDTT akan membantu sebanyak Rp1-1,5 milyar.
Sementara itu, Bupati Lebong, Rosjonsyah mengatakan bahwa daerahnya memiliki beberapa produk unggulan, seperti jeruk gerga, kemudian potensi energi geotermal, dan sebagainya, ke depannya jajarannya akan merumuskan produk unggulan yang akan difokuskan seperti saran Mendes PDTT.
Rosjon menjelaskan bahwa jumlah penduduk miskin se-provinsi Bengkulu, Kabupaten Lebong merupakan terendah nomor dua. Tren kemiskinan dari tahun ke tahun di Kabupaten Lebong semakin turun sejak adanya dana desa.
Semenjak dikucurkannya dana desa tahun 2015, Kabupaten Lebong terus melakukan pembenahan. Pada 2018, mendapat kucuran dana desa sebesar Rp68,3 miliar dengan jumlah desa 93. Dengan hasilnya dalam bidang pembangunan tahun 2018 sudah terbentuk 22 km jalan desa, 27 unit jembatan, 9 unit embung, 34 unit drainase dan irigasi, 186 unit MCK, air bersih di 16 desa, dan 34 unit RTLH.
"Semenjak dana desa turun, benar-benar membantu masyarakat desa, karena aspirasi, keinginan, dan kebutuhan masyarakat difasilitasi di musrenbang. Tahun lalu penyerapan dana desa di Kabupaten Lebong sebesar 98 persen," pungkas Rosjon.
Pewarta: Indriani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018