• Beranda
  • Berita
  • Jokowi ingin angkat disabilitas jadi staf khusus

Jokowi ingin angkat disabilitas jadi staf khusus

4 November 2018 15:05 WIB
Jokowi ingin angkat disabilitas jadi staf khusus
Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo berswafoto dengan para calon anggota legislatif perempuan dalam Deklarasi Calon Legislatif Perempuan untuk Pemenangan Jokowi-Amin di Tangerang Selatan, Minggu (4/11). (Desca Lidya Natalia)
Tangerang (ANTARA News) -  Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo mengaku sempat ingin mengangkat seorang penyandang disabilitas menjadi staf khususnya untuk bekerja di istana.
 
"Saya sebenarnya mau minta satu staf khusus disabilitas, sudah kita seleksi, sudah dapat namanya Surya, tapi baru akan kita suruh masuk, anaknya sudah diterima sekolah di Amerika," kata Jokowi dalam Deklarasi Calon Legislatif Perempuan untuk Pemenangan Jokowi-Amin di hotel JHL Solitare Serpong, Tangerang, Minggu.

Acara tersebut dihadiri para caleg perempuan antara lain penyanyi Krisdayanti sebagai caleg PDIP, Nurul Arifin caleg Partai Golkar, presenter Tina Talisa dan Wanda Hamidah caleg dari Partai Nasdem dan ratusan caleg perempuan lainnya.

"Ya sudah 'Sur kamu sekolah dulu sajalah di Amerika, nanti setelah pulang langsung masuk ke staf khsusus presiden. Saya sampaikan begitu, butuh waktu katanya sekolah mungkin 4 tahun untuk S2 dan S3, ini anaknya mbak Dewi Yull," tambah Jokowi.

Surya Sahetapy adalah putra dari pasangan Ray Sahetapy dan Dewi Yull. Ia pun pernah mengajari Jokowi ketika berbicara dalam bahasa isyarat di pembukaan Asian Para Games 2018.

Saat ini Surya tengah menempuh pendidikan di sebuah universitas di New York, Amerika Serikat. Surya pernah mengutarakan keinginannya sebagai staf khusus presiden dalam acara "Ngopi Bersama Presiden Republik Indonesia" di Istana Bogor pada 10 Oktober 2018.

Jokowi dalam acara itu juga mendapat pertanyaan dari Nanda Aprieza, salah satu penyandang disabilitas soal program disabilitas dalam pemerintahan Jokowi.

"Hitungan terakhir angka disabilitas di negara kita 23 juta orang, itu angka yang juga sangat besar butuh fasilitas-fasilitas baik transprotasi, trotoar, toilet maupun gedung ramah disabilitas, faktanya baru 1-3 kota yang ramah disabilitas," ungkap Presiden.

Sehingga menurut Presiden, hal ini adalah pekerjaan besar bagi pemerintah untuk memberikan ruang agar mendapat akses ekonomi, pelatihan maupun industri untuk menerima disabilitas sebagai bagian dari perusahaan.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018