"Tujuan kami ialah keluarnya kelompok teror PYD/YPG dari Mabij sesegera mungkin," kata Erdogan dalam taklimat bersama dengan timpalannya dari Ukraina Petro Poroshenko di Istanbul, Turki.
Konferensi pers gabungan tersebut diadakan setelah pertemuan ke-7 Dewan Kerja Sama Strategis Tinggi Turki-Ukraina.
Ia mengingatkan mengenai peta jalan Manbij yang sebelumnya ditetapkan oleh Menteri Luar Negeri Turki Mevlu Cavusoglu dan timpalannya dari AS Mike Pompeo.
"Namun, peta jalan ini tidak dipatuhi," kata Erdogan, sebagaimana dikutip kantor berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi. Ia menambahkan, "Sekaranglah waktunya untuk melaksanakannya dan proses itu sedang berlangsung."
Pada Jumat, Kementerian Pertahanan Nasional Turki menyiarkan gambar mengenai babak pertama patroli gabungan Turki-AS di Manbij, yang dilakukan sebagai bagian dari kesepakatan antara kedua negara itu.
Kesepakatan Manbij antara Turki dan AS dipusatkan pada penarikan gerilyawan YPG/PKK dari kota tersebut untuk menstabilkan wilayah itu, yang berada di Provinsi Aleppo di bagian timur-laut Suriah.
Dalam gerakan teror lebih dari 30 tahun melawan Turki, PKK --yang dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris oleh Turki, AS dan Uni Eropa-- bertanggung-jawab atas kematian lebih dari 40.000 orang, termasuk perempuan dan anak-anak. YPG adalah cabang PKK di Suriah.
Ketika menjawab pertanyaan, Erdogan mengatakan selama percakapan teleponnya baru-baru ini dengan Presiden AS Donald Trump mereka juga membahas masalah perusahaan milik negara Turki, Halkbank. Erdogan mengatakan presiden AS tersebut memberi tahu dia bahwa ia akan segera menginstruksikan para menterinya mengenai masalah itu.
Mengenai hubungan Turki-Ukraina, Erdogan mengungkapkan jumlah wisatawan yang datang dari Ukraina ke Turki telah melampaui satu juta pada 2018.
"Kami akan terus memperkuat hubungan kami dengan Ukraina," kata Erdogan.
Ia menyatakan Turki mengharapkan penyelesaian dini konflik di Ukraina Timur melalui "cara diplomatik dan damai".
Turki tak pernah mengakui pencaplokan atas Krimea dan takkan pernah melakukannya pada masa depan, tambah presiden Turki itu.
Pada Maret 2014, Rusia mencaplok Krimea, setelah referendum kontroversial. Tindakan itu memicu kemarahan masyarakat internasional saat tentara Rusia menduduki wilayah tersebut selama proses pemungutan suara.
Erdogan mengatakan Ukraina telah mendukung Turki setelah upaya kudeta yang gagal pada 2016.
Editor: Chaidar Abdullah
Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018