"Awal mendirikan lembaga IPRS di Indonesia sebagai wadah menjembatani keberadaan `Public Relations` tersebut, sehingga bergema di negara kawasan Asia," kata Elizabeth di sela acara "International Public Relations Summit 2018" di Nusa Dua, Bali, Senin.
Elizabeth menjelaskan IPRS adalah puncak dari upaya bertahun-tahun dalam mengembangkan hubungan masyarakat sebagai fungsi manajemen strategis, menjadi peta jalan untuk pengembangan konseptual dan praktik komunikasi profesional.
"Ini adalah pertemuan strategis bagi para profesional dan akademisi public relations dalam perspektif nasional dan internasional," ucapnya.
Menurut dia, IPRS menyajikan tren dan tantangan terbaru dalam praktik bisnis dan non-bisnis regional yang berhubungan dengan manajemen komunikasi berdasarkan penelitian, studi kasus, dan makalah posisi tentang globalisasi hubungan publik yang berdampak pada semua disiplin berlaku untuk organisasi mana pun.
"Tujuan kami adalah mengeksplorasi peluang jaringan global yang mengarah ke kolaborasi di seluruh dunia, berbagi ide dan pengalaman baru dari perspektif negara yang berbeda dan menyebarkan standar kinerja hubungan masyarakat di dunia global," ujarnya.
Elizabeth mengatakan IPRS diluncurkan di Bali setelah satu dekade keberhasilan "Public Relations Week Indonesia" (2005-2014). Lembaga satu-satunya untuk kampanye pendidikan di Indonesia yang secara konsisten dilakukan dalam 10 tahun untuk meningkatkan pengetahuan para profesional, akademisi, mahasiswa dan pemangku kepentingan terkait.
Dengan dukungan terutama dari para profesor dan profesional terkemuka, antara lain Dr. James E. Grunig, Dr. Don W. Stacks, Dr. Timothy Coombs, dan Robert Grupp (USA), Dr Roger Hayes (Inggris), dan David Donohue (Australia). (I020)
Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Jaka Sugiyanta
Copyright © ANTARA 2018