Semangat untuk mendatangani tempat pemungutan suara (TPS) seperti itu jarang terlihat dalam penyelenggaraan pemilu paruh waktu tahun-tahun sebelumnya.
Dengan memegang payung atau menembus hujan begitu saja, beberapa di antaranya bahkan menggunakan kursi roda, para warga terus mengalir memasuki Sekolah Umum (PS) 154, yang berada di Harlem, Manhattan bagian utara.
PS 154 adalah salah satu dari 1.200 tempat pemungutan suara yang disediakan di seluruh negeri.
"Kali ini banyak sekali warga yang datang (ke TPS, red)," kata Komisioner Pemilihan Dewan Kota New York Frederic M. Umane, ketika datang memantau pada pukul 10.00 waktu setempat, empat jam setelah pemungutan suara resmi dibuka.
"(Keadaan) ini hampir sama dengan apa yang biasa kita lihat saat pemilihan presiden," katanya.
Umane berharap para warga yang menunggu dalam antrean panjang di berbagai lokasi mau bersabar untuk menjalani proses tersebut.
"Kalau saya tidak memasukkan pilihan saya, nanti saya tidak punya suara di masa depan untuk anak-anak saya, anak-anak Anda dan anak-anak semua orang," kata Barbara White, mantan petugas medis berusia 74 tahun. "Kita semua harus melakukannya agar dunia menjadi lebih baik."
Para pemilih di seluruh 50 negara bagian Amerika Serikat menjalankan hak mereka pada Selasa pada pemilihan paruh waktu 2018.
Pemilu tersebut akan berdampak besar pada politik AS untuk dua tahun ke depan. Pemilihan pada Selasa akan menentukan partai mana yang akan mengendalikan Senat serta Dewan Perwakilan Rakyat AS, juga menentukan para tokoh yang akan menjadi pejabat di tingkat negara bagian dan kota.
Kate Shein, 30, menyebut dirinya sebagai pemilih independen. Ia memberikan suara bagi siapa pun yang bisa lebih baik melindungi hak-hak sipil dan kesehatan reproduksi perempuan. Aspek-aspek itu adalah dua masalah paling penting baginya.
Joanna Dawe, pengawas pemilihan distrik pada Central Family Life Center, yaitu TPS di Staten Island Kota New York, mengatakan kepada Xinhua bahwa pada pemilihan kali ini lebih banyak warga yang datang dibandingkan pemilu paruh waktu empat tahun lalu.
Aliran kedatangan warga di TPS biasanya mencapai puncaknya setelah jam kerja, dari pukul 18.00 hingga 21.00, menurut petugas pemilihan berpengalaman.
Ketika ditemui diluar TPS tersebut, seorang warga bernama Frederick Maley, 65, memegang sebuah poster bertuliskan nama-nama kandidat dan mengimbau para pemilih untuk memberikan suara mereka.
"Saya memberikan suara setiap pemilihan. Itu hak istimewa," katanya.
Ia menambahkan bahwa jaminan sosial, bantuan medis dan layanan kesehatan bagi masyarakat Amerika kalangan menengah dan pekerja menjadi kekhawatiran utama yang membuatnya menentukan siapa yang ia pilih.
Pendapat Maley itu sama dengan yang dipikirkan Fiona Lin, seorang guru Bahasa Inggris berusia 46 tahun. Fiona mengatakan penting untuk memastikan bahwa anak-anak, orang dewasa dan manula, serta khususnya kaum pendatang, bisa mendapatkan layanan kesehatan yang bagus.
Warga bernama Paul Allen, 74, mengatakan ia selalu mengikuti pemungutan suara. "Bahkan ketika dulu suatu waktu saya sedang berada di rumah sakit."
Ia datang ke TPS dengan harapan ada penanganan yang lebih baik atas masalah imigrasi.
Allen, yang dulu bekerja sebagai pengantar surat, mengaku di Amerika 40 tahun lalu dengan "menggunakan perahu".
Semangat para pemilih pada pemilu paruh waktu kali ini terlihat tinggi di seluruh negeri. Para warga yang memiliki hak pilih berdatangan ke TPS-TPS di berbagai wilayah Amerika Serikat pada Selasa.
Menurut jajak pendapat baru-baru ini yang diselenggarkan oleh TargetSmart, penyedia data arsip pemilih AS, lebih dari 35 juta suara sudah terkumpul pada jam-jam awal pemungutan suara. Jumlah itu merupakan rekor untuk pemilihan paruh waktu.
Baca juga: AS awasi kemungkinan campur tangan asing dalam pemilu 6 November
Sumber: Xinhua-OANA
Editor: Tia Mutiasari/Fardah Assegaf
Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018