Kinerja KUKM pada 2019 diproyeksikan cerah

7 November 2018 16:18 WIB
Kinerja KUKM pada 2019 diproyeksikan cerah
Diskusi Proyeksi Perekonomian 2019, Peluang dan Tantangan KUKM di Gedung Kementerian Koperasi dan UKM Jakarta, Rabu (7/11/2018). (Hanni Sofia)
Jakarta,  (ANTARA News) - Kinerja sektor koperasi dan UKM diproyeksikan akan cerah terindikasi dari semakin besarnya kontribusi terhadap PDB pada 2019.

Kepala Biro Perencanaan Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi dalam Diskusi Proyeksi Perekonomian 2019, Peluang dan Tantangan KUKM di Gedung Kementerian Koperasi dan UKM Jakarta, Rabu, mengatakan pihaknya optimistis kinerja KUKM prospektif sebab sepanjang empat tahun terakhir ini terus mengalami tren peningkatan yang signifikan. 

"Buktinya, kontribusi koperasi terhadap PDB telah meningkat menjadi 4,48 persen dari sebelumnya yang satu koma. Begitu juga dengan rasio kewirausahaan yang sudah berada di level 3,1 persen dari sebelumnya 1,65 persen," kata Zabadi. Selain itu, lanjutnya, pengembangan performa koperasi di Indonesia pun terus menunjukkan tren meningkat. 

Saat ini, sudah ada dua koperasi besar di Indonesia yang masuk jajaran 300 koperasi besar skala global yaitu, Koperasi Warga Semen Gresik dan Koperasi Kisel. 
"Masih banyak lagi koperasi besar lainnya di Indonesia yang bisa didorong masuk ke kelas global, seperti Koperasi Sidogiri, Kospin Jasa, dan sebagainya," katanya.
Dengan begitu, Zabadi meyakini bahwa pertumbuhan gerakan koperasi pada 2019 akan terus meningkat lagi.

"Saya optimis kontribusi koperasi terhadap PDB akan menembus level 5 persen," kata Zabadi.

Menurut dia, hal yang sama akan dialami pelaku UKM. Dimana dengan kemajuan teknologi akan mampu meningkatkan enterpreneur di Indonesia. 

"Akan semakin banyak generasi milenial memiliki usaha produktif dengan memanfaatkan gadget miliknya," kata Zabadi.

Senada disampaikan Chief Economist Bank BNI Ryan Kiryanto yang meyakini pelaku usaha mikro dan kecil akan mampu survive di tengah ketidakpastian ekonomi global. 
"Para pelaku UKM di Indonesia sudah banyak belajar dari krisis yang dialami negeri ini. Yaitu, krisis moneter 1998, 2003, 2005, 2008, 2017, hingga 2018. Mereka menjadi lebih tangguh dan responsif ketika krisis global melanda ke Indonesia," kata Ryan.

Indikator lain, ungkap Ryan, pertumbuhan kredit perbankan saat ini sekitar 12,6 persen yang didominasi sektor pertanian, industri, dan perdagangan (usaha besar, menengah, dan kecil). 
Transaksi pembayaran sektor ritel juga terus meningkat signifikan. 

"Memang, ada pelambatan kredit perbankan di sektor UMKM. Tapi, saya meyakini itu hanya sementara dan akan kembali meningkat pada 2019," kata Ryan.
Pada kesempatan yang sama, pelaku UKM Du'Anyam Juan Firmansyah menyebutkan potensi untuk mengembangkan usaha masih tetap besar di tengah tekanan perekonomian baik dari sisi internal maupun eksternal.

Satu permasalahan yang ia hadapi adalah dari sisi ongkos produksi yakni pengiriman dari titik produksi ke pemasaran dimana
Namun, UKM pemegang lisensi suvenir resmi Asian Games 2018 itu mengaku tetap optimistis dan akan tetap mengekspansi usaha termasuk mengembangkan online.

"Kita mulai mengembangkan website yang mendisplai seluruh produk kita hingga bisa dinikmati seluruh dunia," kata Juan.
Ia menyebutkan, Du'Anyam rutin memproduksi 5000 produk anyaman dengan memberdayakan kaum perempuan (ibu-ibu) di Flores.

Juan menjelaskan, saat ini produk anyaman Du'Anyam asal Flores (NTT) tersebut bahkan sudah menembus pasar AS, eropa, Jepang, Korea, Australia, Denmark, dan sebagainya. 
"Meski begitu, pasar domestik juga harus tetap kita jaga dan pertahankan. Kami ekspansi pasar hingga ke Papua, Kalimantan, dan Jatim. Pokoknya, kita harus lebih kreatif dalam mengembangkan pasar," katanya


Baca juga: BI targetkan UMKM berkontribusi 70 persen dari PDB
Baca juga: Diakui masih kecil, dalam 12 tahun dana bergulir UMKM hanya Rp8,5 trilun

 

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018