• Beranda
  • Berita
  • Kenapa game bergenre RTS kurang populer di smartphone?

Kenapa game bergenre RTS kurang populer di smartphone?

8 November 2018 15:47 WIB
Kenapa game bergenre RTS kurang populer di smartphone?
CEO Game Developer Moonton Justin Yuan (tengah) berfoto bersama para cosplayer dari karakter game "Mobile Legends: Bang Bang" dalam World Conference on Creative Economy di Nusa Dua, Bali pada Kamis (8/11/2018). (Antara News/Aji Cakti)
Nusa Dua (ANTARA News) - CEO Game Developer Moonton, perusahaan pembuat "Mobile Legends: Bang Bang", Justin Yuan mengungkap alasan game bergenre real time strategi atau RTS tidak populer dalam game smartphone juga bagi kalangan pemula.

"Game bergenre RTS merupakan genre game yang dianggap klasik dan mungkin sangat populer sekitar 10 atau 20 tahun lalu, namun ini adalah game yang hardcore yang hanya dimainkan oleh pemain game lama atau baik dalam bermain game saat itu," kata Justin usai menjadi pembicara dalam World Conference on Creative Economy (WCCE) di Nusa Dua, Bali, Kamis.

"Kami tidak bisa membuat game yang rumit, sebetulnya kami ingin pemain yang memainkan game merasakan kegembiraan sosial dan tidak memainkan game yang mudah. Saya pikir game bergenre RTS game yang rumit dan hardcore yang tidak bisa diterima oleh para gamer pemula," katanya. .

RTS merupakan salah satu genre dalam video game strategi. Game-game seperti "Command and Conquer", dan "StarCraft II" yang dipertandingkan dalam cabang e-sports Asian Games 2018 kemarin masuk dalam genre RTS.

Justin Yuan merupakan salah satu pelaku ekonomi kreatif sekaligus pakar industri game yang menjadi pembicara dalam WCCE di Bali. Dia membawakan materi mengenai "The Future of E-Gaming".

WCCE merupakan konferensi pertama dunia yang membahas ekonomi kreatif ini dihadiri oleh delegasi lebih dari 30 negara dan ribuan peserta.

Perhelatan ini mendatangkan beragam pakar dan pelaku ekonomi kreatif tingkat internasional di masing-masing sektornya, seperti industri perfilman, pengembangan game, dan beragam sektor ekonomi kreatif lainnya.

Baca juga: Menkominfo: ekonomi digital diprediksi 130 miliar dolar pada 2020

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018