• Beranda
  • Berita
  • Tingkat daya saing, INKA tawarkan paket pembelian kereta plus pendanaan

Tingkat daya saing, INKA tawarkan paket pembelian kereta plus pendanaan

8 November 2018 16:48 WIB
Tingkat daya saing, INKA tawarkan paket pembelian kereta plus pendanaan
Ilustrasi: Pekerja menyelesaikan pengerjaan kereta LRT di Pabrik PT INKA, Madiun, Jawa Timur( ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Kalau INKA hanya sendiri pasti mahal

Madiun (ANTARA News) - PT Industri Kereta Api (Inka) tengah menggagas penawaran paket pembelian sarana kereta api dengan pendanaan melalui Indonesia Development Railway Consortium untuk meningkatkan daya saing dengan produsen sejenis dari negara lain, terutama China.

"Kami ke depan menawarkan, seperti LRT satu paket, baik itu pendanaan, desain produksi sampai cooperation melalui Indonesia Development Railway Consortium," kata Direktur Utama Inka Budi Noviantoro  saat peninjauan ke pabrik BUMN kereta api itu di Madiun, Jawa Timur, Kamis.

Dia mengatakan telah dilakukan penandatanganan (MoU) oleh empat BUMN.

Budi mengatakan penawaran paket tersebut karena ada kendala para pembeli mengalami kesulitan pembayaran secara tunai. "Kebanyakan yang kesulitan keuangan cash-nya," katanya. 

Dia menjelaskan nantinya pemerintah menyuntikan dana kepada Exim Bank. Kemudian Exim Bank memberikan pinjaman dengan bunga yang lebih besar kepada pembeli dan INKA.  BUMN yang terlibat dalam konsorsium mendapat pembagian dari bunga tersebut. 

"Katakanlah pemerintah dapat bunga pinjaman dari World Bank misalkan semuanya 0,5 persen kasihkan ke Exim, Exim jual ke Srilanka satu persen, 0,6 persen untuk dia kita sudah dapat 0,4. Jadi, Exim dapat bunganya saya dapat proyeknya," katanya.

Dia mengatakan paket tersebut sudah ditawarkan ke Filipina untuk proyek di Cebu, sementara itu negara lainnya yang ditawarkan, yakni Myanmar, Bangladesh, dan Vietnam.

Baca juga: Inka garap pesanan Bangladesh 250 kereta senilai Rp1,3 triliun

Budi menuturkan penawaran paket tersebut merupakan salah satu strategi agar harga dapat bersaing karena selama ini selalu kalah dari China yang menawarkan harga lebih murah. 

"Kalau head to head dengan China, mereka bunganya dikecilkan, akhirnya harga dia lebih murah. Kalau INKA hanya sendiri pasti mahal, orang aku saja pinjem dari teman-teman perbankan," katanya.

Karena itu, lanjut dia, diperlukan konsorsium antara empat BUMN untuk skema paket pembelian sekaligus pendanaan tersebut. 

Dia menambahkan hal itu juga sebagai upaya untuk menguasai pasar di ASEAN karena selama ini masih dikuasai China.

“Untuk kualitas kita sama lah, tapi bedanya China banyak banget BUMN seperti INKA di sana, banyak sekali bisa saling mensubsidi, memang ini agak berat,” katanya.

Budi mengatakan dengan adanya paket tersebut harga bisa lebih kompetitif karena perbedaan bunganya bisa sampai dua persen.
 
Baca juga: Inka jajaki investasi kereta barang di Filipina, Senegal dan Meksiko

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018