“Jadi sederhananya IoT itu bisa dibilang mengkomunikasikan benda-benda di sekitar kita antara satu sama lain melalui sebuah jaringan internet. Aplikasi ini tentu saja mempermudah kerja petani kita" ujar Kepala BLK Lembang Aan Subhan melalui siaran pers pada Kamis.
Aan mengungkapkan pihaknya akan menjalin kerjasama dengan pemerintah desa dan membuat desa percontohan Smart Farming.
"Kita akan mengupayakan hal ini bisa diterima petani kita dan membawa banyak manfaat," kata Aan.
Instruktur BLK Lembang Iwan Hermawan selaku tim inovasi di BLK Lembang menjelaskan dengan mengoptimalkan IoT dan menciptakan aplikasi smart farming, ke depan petani Indonesia bisa mengontrol ladangnya melalui ponsel pintar
“Jadi petani bisa memantau tanaman dan ladangnya dimana saja, kapan saja selama ada jaringan internet," kata Iwan.
Dengan aplikasi Smart Farming ini, lanjut Iwan, petani dapat melakukan penyiraman dan pemupukan dengan menekan tombol pada aplikasi Smart Farming di ponsel pintar saja.
“Tentu semua itu ada indikatornya di aplikasi sehingga kita tahu kapan harus menyiram atau memupuk tanaman, yang dapat dimonitoring pada aplikasi Smart Farming" ungkapnya.
Iwan menjelaskan manfaat IoT sangat banyak karena berhubungan dengan aktifitas sehari-hari untuk memudahkan kerja manusia. Misalnya ketika kita lupa mengunci pintu, mematikan AC atau perangkat elektronik lainnya semua bisa dilakukan dengan IoT dimana saja dan kapan saja.
"IoT bekerja dengan menerjemahkan bahasa pemograman yang sudah kita masukkan kedalam alat dari IoT tersebut," papar Iwan.
Alat yang dibutuhkan untuk membuat IoT adalah microcontroller. Ada banyak jenis microcontroller seperti arduino, raspberrypi, Intel Galileo dan beberapa lainnya yang dapat di beli langsung di toko elektronik mau pun daring.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018