Jakarta (ANTARA News) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan investasi hulu migas hingga akhir 2018 mencapai 11,2 miliar dolar AS.Per 31 Oktober 2018, lifting minyak 776 ribu barel per hari atau 97 persen target APBN dan gas 1.143 ribu barel setara minyak per hari atau 95 persen target APBN
Nilai tersebut meningkat dari realisasi 2017 sebesar 10,2 miliar dolar karena beberapa proyek mulai membangun fasilitas produksinya, dikutip dari data SKK Migas di Jakarta, Jumat.
Investasi hulu migas dipengaruhi besar cadangan yang bisa diproduksikan, sehingga diperlukan penemuan cadangan raksasa (giant discovery) baru untuk dapat meningkatkan investasi sekaligus menjaga kelangsungan industri hulu migas.
Baca juga: Investasi ESDM capai 15,2 miliar dolar
Dalam menyiasati kebutuhan investasi eksplorasi yang berkelanjutan, pemerintah menetapkan komitmen kerja pasti, yang harus dikeluarkan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Apabila tidak dilakukan, maka harus tetap disetorkan kepada pemerintah.
Nilai kumulatif komitmen yang ditetapkan dari 2019 hingga 2026 sebesar 1,3 miliar dolar AS.
"Ada dua hal yang menjadi parameter utama sebuah perusahaan akan berinvestasi di proyek hulu migas, pertama adalah persentase internal rate of return (IRR) yang baik dan certainty kelangsungan proyek," ucap Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi.
SKK Migas juga berusaha menekan angka biaya operasi yang dikembalikan (cost recovery). Angka yang dipatok pada 2018 lebih rendah dari 2017 yaitu sebesar 10,1 miliar dolar. Per 31 Oktober 2018, biaya cost recovery berada di 9,7 miliar dolar atau 97 persen.
Sementara itu, per 31 Oktober 2018, rata-rata produksi siap jual (lifting) minyak bumi sebesar 776 ribu barel per hari (BOPD). Angka itu sekitar 97 persen dari target APBN 2018 sebesar 800 ribu BOPD.
Untuk gas bumi, liftingnya sebesar 1.143 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD) atau sekitar 95 persen dari target 1.200 BOEPD.
"Menurunnya angka lifting migas tidak dapat serta merta menurunkan angka cost recovery karena lapangan-lapangan di Indonesia yang sudah mature membutuhkan biaya yang cukup besar," kata Amien.
Baca juga: Pemerintah optimistis investasi hulu migas terus positif
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018