Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan salah satu penyebab tingginya defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III-2018 adalah meningkatnya permintaan atas barang-barang impor.Pemerintah akan terus memantau dan melakukan kajian atas pergerakan defisit neraca transaksi berjalan ini agar tetap terkendali dibawah tiga persen terhadap PDB.
"Di satu sisi kita senang bahwa pertumbuhan ekonomi kita tinggi, tapi konsekuensinya permintaan barang-barang impor juga meningkat," kata Sri Mulyani di Jakarta, Jumat.
Sri Mulyani menegaskan pemerintah akan terus memantau dan melakukan kajian atas pergerakan defisit neraca transaksi berjalan ini agar tetap terkendali dibawah tiga persen terhadap PDB.
Meski demikian, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini tidak mau memperkirakan pencapaian defisit neraca transaksi berjalan pada akhir tahun.
"Dalam hal ini kita mencari keseimbangan hati-hati. Oleh karena itu, kita tiap bulan akan 'review' statistiknya, bagaimana permintaan barang impor baik impor baik migas maupun non migas," ujar Sri Mulyani.
Sebelumnya, bank sentral mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III-2018 mencapai 3,37 persen dari PDB atau sebesar 8,8 miliar dolar AS.
Meski pada paruh ketiga ini defisit meningkat, namun defisit neraca transaksi berjalan secara akumulatif baru mencapai 2,86 persen dari PDB, atau masih berada dalam batas aman.
Bank Indonesia menyatakan defisit transaksi berjalan yang meningkat pada triwulan III-2018 ini disebabkan oleh memburuknya kinerja neraca perdagangan barang dan meningkatnya defisit neraca jasa.
Neraca perdagangan mengalami defisit karena meningkatnya nilai impor minyak serta permintaan impor yang tinggi di sektor non-migas seiring dengan konsumsi domestik yang menggeliat.
Pelebaran defisit transaksi berjalan dapat dicegah dalam periode ini karena adanya ekspor produk manufaktur dan kenaikan surplus jasa perjalanan dari sektor pariwisata.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2018