"Pertanian ekologis mulai ditinggalkan, pendekatan sekarang lebih kepada pertanian instan, dampaknya banyak ledakan hama, gagal panen, dan ujung-ujungnya produksi beras kurang," kata Kepala Departemen Proteksi Tanaman IPB Dr Suryo Wiyono di Bogor, Jumat.
Ia mengatakan Jambore Perlindungan Tanaman Indonesia merupakan agenda tahunan Departemen Proteksi Tanaman IPB dan Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (Himasita) IPB. Tahun ini, kegiatan tersebut sebagai penyelenggaraan yang kedua kalinya.
Jambora itu merupakan kegiatan yang terbuka untuk umum, berlangsung selama 9-11 November 2018 bertempat di kampus IPB Dramaga.
Baca juga: Peneliti hama: PHT perlu dioptimalkan
Golongan masyarakat yang diharapkan hadir dalam kegiatan tersebut yakni sejarawan pelaku PHT, petani, pelaku usaha pertanian, mahasiswa, dan beberapa jurnalis.
"Selama lima hari, jambore diisi beberapa kegiatan, di antaranya seminar nasional, diskusi grup terarah, perlombaan tingkat nasional, dan ditutup dengan keliling kota," katanya.
Peserta juga akan mengikuti pelatihan Trigona SP dalam rangkaian kegiatan dengan tema "Bergerak bersama, kembalikan lagi PHT kita" yang bertujuan mengetahui kondisi di lapangan saat ini.
"Mempelajari jaringan komunikasi antarpetani, lembaga swadaya masyarakat, dan memperkuat pertukaran informasi tentang pertanian kepada jurnalis," kata Suryo.
Jambore itu, lanjutnya, juga menjadi fasilitator antarpihak masyarakat, jurnalis, ahli, dan lembaga terkait dalam menyelesaikan masalah implementasi PHT saat ini.
"Luaran diharapkan dari kegiatan ini adalah sinergi berbagai pemangku kepentingan untuk membangun pertanian ekologis," katanya.
Jambore juga dihadiri mahasiswa dari 12 perguruan tinggi di Indonesia sebagai kegiatan unggulan mahasiswa.
Baca juga: Program "Santun kampanyekan pengendalian hama terpadu
Baca juga: Himpunan Alumni IPB luncurkan "mentoring leader"
Baca juga: Jambore Peternakan Nasional diharapkan pacu laju pertumbuhan
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018