• Beranda
  • Berita
  • Surat-surat pendiri bangsa dipamerkan di Museum Nasional

Surat-surat pendiri bangsa dipamerkan di Museum Nasional

10 November 2018 15:24 WIB
Surat-surat pendiri bangsa dipamerkan di Museum Nasional
Salah satu surat Mohammad Hatta yang dipamerkan di Museum Nasional, Jakarta dalam pameran "Surat Pendiri Bangsa". Kegiatan itu berlangsung pada 10-22 November 2018. (Antara/Aubrey Fanani)
Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 25 surat dari para pendiri bangsa dipamerkan di Museum Nasional, Jakarta dari 10-22 November dalam pameran bertajuk "Surat Pendiri Bangsa".

Kurator Pameran Bonnie Triyana pada pembukaan pameran, Sabtu mengatakan surat yang dipamerkan antara lain milik Sukarno, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka, Kartini, Agus Salim, John Lie dan Ki Hajar Dewantara.

"Tokoh pendiri yang dipilih tentunya yang suratnya masih ada, dan dapat menggambarkan diri penulis mau pun situasi saat itu," kata Bonnie.

Bonnie mengstakan pameran "Surat Pendiri Bangsa" diharapkan dapat menstimulus para kaum muda untuk melihat sejarah atau informasi dari sumber utamanya.

Surat-surat tersebut didapat dari koleksi berbagai instansi mau pun koleksi pribadi, antara lain Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Musem Taman Siswa, Museum Peranakan Tionghia, Arsip Nasional Belanda dan International Instituut voor Sociale Geschiedenis.

Sementara koleksi pribadi ada dari keluarga Mohammad Hatta yang dimiliki Gemala Hatta, surat Sutan Sjahrir dari koleksi guru besar sastra dan peradaban Belanda di Universitas Sorbone, Paris yaitu Kees Snoek, serta surat Tan Malaka dari sejarawan Harry Poeze.

Sementara itu Ditektur Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendimbud) Triana Wulandari mengatakan pameran tersebut adalah kolaborasi Kemendikbud dengan Historia.id.

Pameran ini ingin memberikan akses kepada butik tentang arsip-arsip yang selama ini tidak dapat dilihat secara langsung.

Surat-surat yang disajikan sebagian besar adalah surat asli, ada beberapa yang telah diduplikasi. Dia mengatakan hampir semua surat ditulis dalam Bahasa Belanda.

"Kali ini surat-surat tersebut telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dan diberikan penjelasan yang kontekstual," kata Triana.

Baca juga: IPPHOS gelar pameran foto bersejarah di Surabaya
Baca juga: Mengenal sang pahlawan lebih dekat di pameran "Aku Diponegoro"
Baca juga: Komunitas Jembatan Pelangi pameran peringati Hari Pahlawan

 

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018