"Alhamdulilllah ramai. Para peserta cukup antusias mengikuti Parade Surabaya Juang di Tugu Pahlawan," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti.
Menurut dia, Parade Surabaya Juang tahun ini diikuti sekitar 10 ribu peserta, baik dari jajaran Pemkot Surabaya hingga jajaran kecamatan dan juga peserta dari luar daerah. Parade kali ini juga akan diikuti oleh 350 tim teatrikal, 10 kendaraan militer Anoa, 70 Jeep dari berbagai daerah dan juga 20 sepeda motor kuno.
Saat ditanya apakah ada perubahan konsep teatrikal Parade Surabaya Juang menyusul tiga orang meninggal dan belasan orang luka-luka pada saat menonton drama kolosal Surabaya Membara yang digelar di Viaduk Jalan Pahlawan, Jumat (9/11) malam, Antiek menyatakan tidak ada perubahan konsep, meski sebelumnya sempat ada evaluasi terkait hal itu.
Ia mengatakan ada delapan titik yang dilalui pada saat teatrikal "Parade Surabaya Juang" dan setiap spot itu menampilkan pertunjukan yang berbeda-beda, mulai dari teatrikal, musik atau pembacaan puisi.
Adapun delapan spot tersebut berada di Tugu Pahlawan, Siola, Hotel Majapahit, Gedung Negara Grahadi, Bambu Runcing, Monumen Polisi Istimewa, SMA Santa Maria dan Taman Bungkul.
Alasan tidak mengubah konsep yang ada, lanjut dia, dikarenakan pihaknya sudah mengantisipasi segala sesuatunya termasuk keamanan sejak lama terkait pelaksanaan "Parade Surabaya Juang".
Untuk keamanan sepanjang rute yang dilewati Parade Surabaya Juang, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan beberapa pihak seperti kepolisian dan TNI dibantu petugas Satpol PP dan Linmas.
Bahkan Pemkot Surabaya dan panitia acara sudah melakukan koordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) terkait jadwal kereta api yang lewat di viaduk Tugu Pahlawan. Hal ini mengantisipasi agar tidak ada warga yang menonton teatrikal di atas viaduk atau bersebelahan dengan rel kereta api.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya menegaskan teatrikal "Parade Surabaya Juang" tetap akan digelar meski terjadi insiden Surabaya Membara pada Jumat (9/10) malam.
Menurut Risma, pihaknya ingin menjadikan peringatan 10 November sebagai suatu kebangkitan untuk terus memompa semangat anak-anak Surabaya.
"Karena ke depan itu berat. Kalau anak-anak tidak punya daya juang, mereka akan kalah bersaing di era persaingan global," katanya.
Baca juga: Pergelaran Parade Surabaya Juang 2018 dievaluasi
Baca juga: Drama kolosal "Surabaya Membara" mengangkat Roeslan Abdulgani
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018