Hingga 2014, leher kemudian membengkak padahal sudah mendapatkan perawatan medis membuat dia akhirnya mengambil prosedur bedah, dan di sinilah dia baru tahu ada kanker yang hadir di tiroid bagian kirinya.
"Ada tumor di bagian leher depan. Tahun 2014 memutuskan operasi karena alasan kesehatan dan estetika. Harusnya dioperasi di satu bagian saja (kanan). Tetapi dokter mengambil kebijakan mengambil semua (tiroidnya)," ujar Rachel di sela acara #KitaPercayaBerbagi: Donasi Obat dan Produk Kesehatan Secara Online Pertama di Indonesia, di Jakarta, Selasa.
Karena kanker berada stadium paling rendah, dia tak perlu menjalani kemoterapi, namun cukup dengan radiasi.
Kemudian, karena tak lagi memiliki tiroid, perempuan yang baru saja mendapatkan gelar sarjana psikologi itu harus mengonsumsi obat seumur hidupnya.
"Sekali enggak minum obat jadi lemas. Sekarang jadi kebiasaan. Minum obat kayak vitamin, setiap pagi," kata dia.
Usai terbebas dari kanker Rachel kini mengaku rutin menjalani pemeriksaan kesehatan.
"Setiap bulan ambil darah, pemantauan. Dulu setiap bulan, sekarang aku renggangin 2-3 bulan sekali. Setiap tahun ada whole body scan. Aku juga minum obat," ujar dia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018