Adapun, Gamelan Kiai Guntur Madu diletakkan di sisi selatan masjid, yaitu di Bangsal Pradangga. Sedangkan Gamelan Kiai Guntur Sari diletakkan di sisi utara masjid, yaitu di Bangsal Pragangga.?
Pada pembukaan tersebut, para penabuh gamelan atau disebut dengan niyaga memainkan Gending Rambu dengan Gamelan Kiai Guntur Madu dan Gending Rangkung dengan Gamelan Kiai Guntur Sari.
"Gamelan ini akan dibunyikan selama tujuh hari berturut-turut pada siang hari sesuai salat Dzuhur. Dimainkan mulai pukul 14.00 WIB," kata Ketua Takmir Masjid Agung Solo Muhtarom.
Selama gamelan dibunyikan, dikatakannya, masyarakat melakukan tradisi "nginang" atau mengunyah kinang yang terdiri dari lima unsur, yaitu daun sirih, gambir, tembakau, bunga kantil, dan kapur sirih atau injet.
Sementara itu, Pengageng Parentah Keraton Solo GPH Dipokusumo mengatakan tujuan Sekaten adalah untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW. Ia mengatakan salah satu kegiatan yang identik dengan Sekaten yaitu pasar rakyat.
"Fenomena pasar rakyat memang ada sejak dahulu.?Harapan kami tentu pasar rakyat ini tetap mengacu pada tradisi keraton atau jangan tersentuh modernisasi," katanya.
Ia mengatakan mempertahankan kesan tradisional penting karena esensi dari pasar rakyat ini adalah prosesi jual beli dari rakyat dan untuk rakyat.
Menurut dia, untuk lokasi pasar rakyat ini berada di sekitar alun-alun, masjid hingga sekitar Keraton Solo dengan izin yang dikeluarkan oleh Keraton Solo.
Baca juga: Kirab pusaka Keraton Surakarta menarik ribuan orang ke jalan
Baca juga: Ribuan orang saksikan Kirab Agung Keraton Surakarta
Pewarta: Aries Wasita Widi Astuti
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018