Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) ESDM, melakukan Field Acceptance Test (FAT) terhadap alat analisis data atau real time analyzer yang telah digunakan oleh salah satu perusahaan batu bara, PT Kaltim Prima Coal (KPC).Dengan alat yang online serta dapat memberikan laporan yang real time diharapkan ke depannya dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan...
Kepala Balitbang ESDM FX Sutijastoto dalam keterangan resmi yang diterima Antaranews di Jakarta, Rabu, mengungkapkan, kegiatan FAT dilaksanakan untuk membuktikan serta memastikan alat analisis data dapat digunakan untuk analisis kualitas sebagai dasar perhitungan royalti batu bara. Alat ini akan memberikan laporan secara daring terkini.
Kebutuhan dari pengujian alat ini adalah untuk mengintegrasikan data terkait batu bara, mengingat selama ini terkadang data yang dimiliki pemerintah berbeda-beda. Selain itu, alat ini juga berfungsi untuk merekam data royalti batu bara sebagai acuan PNBP dari sektor minerba.
"Dengan alat yang online serta dapat memberikan laporan yang real time diharapkan ke depannya dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan yang berpotensi dibuat oleh manusia," ujar Sutijastoto.
Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batu bara (Puslitbang tekMIRA) Kementerian ESDM, Hermansyah mengutarakan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut Kementerian ESDM untuk mengawal Penerimaan Negara Bukan Pajak dari sektor Minerba.
"Ke depannya diharapkan dapat menjadi alat pindai untuk produksi batu bara, sehingga Kementerian ESDM bisa mendapatkan data yang valid dan terintegrasi secara real time," ujar Hermansyah.
Penerapan alat analisa terkini, selain sebagai optimalisasi PNBP Batubara, juga untuk usaha peningkatan public governance dari Kementerian ESDM. Berdasarkan hasil FAT, terlihat bahwa alat real time analyzer yang digunakan oleh KPC memiliki hasil pengujian yang dapat diterima apabila dibandingkan dengan hasil uji laboratorium.
Sebagai informasi, alat tersebut telah digunakan oleh KPC untuk menjaga kualitas produksi batubara sejak 2012 lampau. "Sejak tahun 2012, KPC telah menggunakan alat ini, kami menyebutnya coal scanner, alat ini kami gunakan sebagai alat bantu untuk menjaga kualitas produksi batubara kami di mata buyer," kata Manager Coal Technology KPC Heru Praptono.
Baca juga: IEA prediksikan gas gantikan batubara pada 2030
Baca juga: Pertamina-Bukit Asam kembangkan gasifikasi batubara dengan perusahaan AS
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018