“Saat ini kami masih berkoordinasi terkait berbagai kebijakan agar permainan rakyat sebagai salah satu objek pemajuan kebudayaan kembali jaya dan mampu diubah jadi soft power bangsa ini,” kata Asisten Deputi Nilai dan Kreativitas Budaya Kemenko PMK Alfredo Sani dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Rabu.
Kemenko PMK menilai generasi bangsa sekarang lebih tertarik bermain melalui dunia virtual yang terkoneksi lewat internet. Permainan seperti petak umpet, kelereng, egrang, lompat tali, layang-layang, gelasing, gatrik, pletekon, rangku alu, engklek dan meriam bambu merupakan beberapa permainan rakyat dari 2.600 permainan tradisional Indonesia yang biasanya sering dimainkan anak-anak sebelum munculnya era internet dan ponsel pintar.
Permainan rakyat dan olah raga tradisional perlu diperkenalkan kembali secara masif kepada masyarakat luas, upaya ini dilakukan sebagai Pemanfaatan Objek Pemajuan Kebudayaan. Ini bertujuan salah satunya untuk membangun karakter bangsa, sebagaimana amanat UU No.5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Dalam penjelasan di UU yang telah disebutkan, dijelaskan bahwa permainan rakyat adalah salah satu dari 10 Objek Pembangunan Kebudayan. Ini diartikan sebagai berbagai permainan yang didasarkan pada nilai tertentu, dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya, yang bertujuan untuk menghibur diri.
Baca juga: Bersama anak-anak, Presiden dan Ibu Negara mainkan tiga permainan tradisional
Lebih lanjut, Alfredo menerangkan bahwa manfaat strategis dalam permainan rakyat adalah sebagai sarana pembangunan karakter bangsa sebagaimana amanat dalam Perpres nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter yang juga turut mendukung implementasi Revolusi Mental. "Nilai-nilai penguatan pendidikan karakter seperti jujur, bekerja keras, peduli sosial dan peduli lingkungan akan lebih mudah tertanam bila dimasukkan dalam konsep permainan rakyat yang menghibur dan menyenangkan, dan pastinya lebih nyata dari pada permainan virtual,” jelas Alfredo.
Hal Senada diungkapkan Guru Besar Antropologi Universitas Hasanudin Makassar, Hamka Naping. Menurutnya, melalui permainan rakyat, pendidikan karakter akan terinternalisasi dengan mudah terserap oleh pemain permainan, baik secara sadar atau tidak sadar.
“Manusia itu Homo Ludens, yakni makhluk yang memainkan permainan, oleh karena itu dengan menyiapkan kebijakan khusus terkait membangkitkan kembali permainan rakyat akan mempermudah dalam mendidik generasi masa depan yang lebih unggul,” tutur Hamka yang turut terlibat dalam rapat koordinasi.
Sebagai bagian dari hiburan, objek permainan rakyat nantinya diupayakan jadi pendorong industri pariwisata. “Kami yakin bila ada sinergi kuat yang melibatkan semua sektor dan dibungkus dengan inovasi baru, 2.600 permainan rakyat di Indonesia akan punya pengaruh dalam peningkatan kesejahteraan rakyat karena mampu menarik wisatawan,” pungkas Alfredo.
Baca juga: Balai Pustaka dan Telkom ajak masyarakat lestarikan permainan anak tradisional
Baca juga: Jabar gelar pesta permainan rakyat
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018