Saham Apple jeblok, Wall Street terseret jatuh

15 November 2018 06:56 WIB
Saham Apple jeblok, Wall Street terseret jatuh
Ilustrasi: Produk andalan Apple Inc, iPhone X (apple.com)
New York (ANTARA News) -  Saham-saham di Wall Street jatuh pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena kerugian curam saham Apple ditambah dengan penurunan saham-saham bank utama membebani pasar.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 205,99 poin atau 0,81 persen menjadi ditutup di 25.080,50 poin. Indeks S&P 500 berkurang 20,60 poin atau 0,76 persen, menjadi berakhir di 2.701,58 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup merosot 64,48 poin atau 0,90 persen, menjadi 7.136,39 poin.

Saham Apple jatuh 2,82 persen dan ditutup pada 186,78 dolar AS per saham. Saham perusahaan merosot ke dalam bear market karena diperdagangkan lebih dari 20 persen di bawah angka tertinggi sepanjang waktu baru-baru ini.

Penurunan saham Apple terjadi setelah peringkatnya diturunkan pada Rabu (14/11) oleh analis Guggenheim Partners yang memperkirakan penurunan 5,0 persen dalam penjualan iPhone pada 2019.

Saham-saham keuangan AS juga mundur setelah anggota Kongres Demokrat Maxine Waters mengatakan upaya pemerintah Trump untuk mengekang regulasi perbankan "akan berakhir."

Saham JP Morgan Chase dan Goldman Sachs masing-masing turun 2,06 persen dan 1,25 persen, pada akhir perdagangan.

Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 ditutup lebih rendah, dengan sektor teknologi dan keuangan masing-masing turun 1,38 persen dan 1,29 persen, memimpin pelambatan.

Saham utilitas PG&E terjun lebih dari 21 persen. Perusahaan mengatakan bahwa asuransinya tidak akan menutupi kerugian jika ditemukan yang bertanggung jawab atas Camp Fire yang mengamuk di negara bagian California AS. Investigasi atas penyebab kebakaran masih berlangsung.

Laporan yang dikutip Xinhua menyebutkan Wall Street juga terus mengawasi data inflasi.

Indeks Harga Konsumen AS (IHK) naik 0,3 persen pada Oktober, didorong oleh kenaikan biaya gas, sewa dan kendaraan bekas, Departemen Tenaga Kerja mengatakan Rabu (14/11). Angka itu sesuai dengan ekspektasi.

Peningkatan tahunan dalam IHK inti yang diawasi ketat, yang mengecualikan biaya makanan dan energi, merosot menjadi 2,1 persen dari 2,2 persen, lebih rendah dari perkiraan.

Data-data ini datang sebagai bantuan bagi investor, karena mereka prihatin atas kenaikan suku bunga. Federal Reserve telah menaikkan suku bunga tiga kali tahun ini dan diperkirakan akan menaikkan suku bunga sekali lagi sebelum akhir tahun.


Baca juga: Saham Boeing dan Exxon jatuh, Wall Street ditutup bervariasi

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018