• Beranda
  • Berita
  • Teknologi persinyalan Indonesia raih penghargaan ASEAN Outstanding Engineering Award 2018

Teknologi persinyalan Indonesia raih penghargaan ASEAN Outstanding Engineering Award 2018

15 November 2018 14:19 WIB
Teknologi persinyalan Indonesia raih penghargaan ASEAN Outstanding Engineering Award 2018
Direktur Utama PT Len Industri, Zakky Gamal Yasin (kiri) menerima penghargaan ASEAN Outstanding Engineering Award 2018 dari Chairman of IES Singapore Yeoh Lean Weng (kanan) disaksikan Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Hermanto Dardak (tengah) saat acara CAFEO 2018 di Singapura, Rabu (14/11/2018). (ANTARA FOTO/HO/pras)
Singapura (ANTARA News) – Teknologi Persinyalan Indonesia Raih Penghargaan ASEAN Outstanding Engineering Award 2018 Kategori Proyek pada ajang CAFEO 2018 atau Conference of the ASEAN Federation of Engineering Organisations ke-36 yang diselenggarakan di Resorts World Sentosa, Singapura pada 12-14 November 2018. Adalah Len Electronic Interlocking yang merupakan produk andalan PT Len Industri (Persero) di bidang persinyalan kereta api.


Penghargaan diserahkan kepada Direktur Utama PT Len Industri, Zakky Gamal Yasin dan disaksikan oleh Menteri Negara, Nasional Development & Ketenagakerjaan Singapura Zaqy Mohamad dan Menteri Pariwisata RI Arief Yahya, Rabu malam (14/11). Penghargaan ASEAN Outstanding Engineering Award merupakan sebuah pengakuan prestasi rekayasa yang luar biasa kepada organisasi atau individu yang bertanggung jawab untuk proyek rekayasa di kawasan ASEAN. 


Even tahunan CAFEO-36 dihadiri oleh sekitar 1000 insinyur lebih yang terdaftar di 24 negara, dengan mengusung tema Engineering Rail Connectivity and Fostering Excellence in Engineering Education. CAFEO merupakan hasil afiliasi antara ASEAN Federation of Engineering Organisations (AFEO) dan Federation of Engineering Institutions in Asia & Pacific (FEIAP), serta dituan rumahi secara bergantian oleh 10 negara ASEAN. Indonesia dalam ajang ini diwakili oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII).


Direktur Utama Len Industri, Zakky Gamal Yasin menjelaskan, “Semoga produk kita dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemajuan sarana transportasi di Indonesia, bahkan di level internasional. Terima kasih kepada PII (Persatuan Insinyur Indonesia) yang sudah selalu mendukung kita. Kita mendapatkan penghargaan ini setelah Len Electronic Interlocking masuk dalam Buku 100 Karya Keinsinyuran Indonesia 2007-2017 yang diterbitkan oleh PII. Di ajang CAFEO ini juga 20 personil PT Len Industri dan PT Len Railway Systems kemarin menerima sertifikasi ASEAN Engineer Register (AER).”


Direktur Operasi I Len Industri, Linus Andor Mulana S. menambahkan, “Kita sudah berkecimpung dalam teknologi perkeretaapian sejak era tahun 80-an. Hingga kini satu-satunya perusahaan di dalam negeri maupun ASEAN yang mampu menghasilkan produk persinyalan sendiri. Kini saatnya kita go regional, setelah Bangladesh saya harap kita bisa masuk di Filiphina.”


Implementasi pertama Len Electronic Interlocking dilakukan di Stasiun Slawi, Tegal, Jawa Tengah pada tahun 2004 yang diresmikan oleh Menteri Perhubungan saat itu. Selanjutnya PT Len Industri berhasil menerapkan Len Electronic Interlocking di Jalur Utara Pulau Jawa Cirebon-Surabaya sepanjang 433 Km melintasi lebih dari 54 stasiun dengan sistem telekomunikasi fiber optic. Peresmian di Slawi tersebut menjadi tonggak sejarah dimulainya perkembangan produk persinyalan kereta api dalam negeri.


Bagi PT Len Industri, sebenarnya ada 2 produk lagi yang masuk dalam Buku 100 Karya Keinsinyuran Indonesia, yaitu IPP PLTS Kupang 5 MWp dan produk pertahanan CMS (Combar Management System) yang sudah diterapkan di 8 buah Kapal KRI.


Tentang Sistem Persinyalan Len Electronic Interlocking


Pengembangan sistem persinyalan dilakukan PT Len Industri pertama kali dengan penguasaan teknologi sistem (system integration) terlebih dahulu. Kemudian pengembangan perangkat utama pengontrol (electronic interlocking) dan berikutnya adalah pengembangan perangkat lainnya untuk mensubstitusi perangkat yang masih diproduksi di luar negeri.


Penguasaan teknologi sistem persinyalan kereta api dilakukan dengan mengoptimalkan ToT (Transfer of Technology) yang didapat sejak 1983. Ini dilakukan dengan cara melibatkan para insinyurnya dalam tahap perencanaan, engineering, instalasi, testing dan commissioning sistem persinyalan dari luar berbasis teknologi electronic interlocking di Indonesia.


Pada pengembangan pengontrol utama, setelah berhasil mengimplementasikan sistem interlocking Len generasi pertama berbasis elektro-mekanik di Stasiun Tagogapu pada 2001, PT Len Industri memulai proses pengembangan sistem persinyalan generasi ke-2 berbasis teknologi electronic interlocking yang diberi nama “Len Electronic Interlocking". Pada saat yang sama PT Len Industri juga mengembangkan lampu sinyal kereta api dengan teknologi LED. Len Electronic Interlocking dikembangkan dengan menggunakan Electronic Programmable Controller yang dikonfigurasi sedemikian rupa sehingga memenuhi standar persyaratan safety pada electronic interlocking.


Implementasi pertama Len Electronic Interlocking dilakukan di Stasiun Slawi, Tegal, Jawa Tengah pada tahun 2004 yang diresmikan oleh Menteri Perhubungan pada saat itu. Di samping sistem interlocking, pada saat yang sama juga digunakan produk lampu sinyal PT Len Industri yang berbasis teknologi LED. Selanjutnya PT Len Industri berhasil menerapkan Len Electronic Interlocking di Jalur Utara Pulau Jawa Cirebon-Surabaya sepanjang 433 Km melintasi lebih dari 54 stasiun dengan sistem telekomunikasi fiber optic.


Peresmian di Slawi tersebut menjadi tonggak sejarah dimulainya perkembangan produk persinyalan kereta api dalam negeri yang diharapkan bisa mengurangi ketergantungan kepada asing dalam pembangunan sistem persinyalan kereta api Indonesia baik dalam bidang kompetensi engineering, konstruksi dan juga perawatan yang pada ujungnya akan menghemat devisa negara.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018