Cirebon1 (ANTARA News) - Tujuh piring pusaka berukuran besar milik Sunan Gunung Jati yang digunakan untuk menjamu Wali Songo saat bermusyawarah di Cirebon, Jawa Barat, dicuci dalam tradisi tahunan siraman panjang Keraton Kasepuhan.Kalau 2017, semua piring pusaka dicuci, tetapi 2018 hanya tujuh saja yang dicuci pada tradisi siraman panjang
Sultan ke XIV Kasepuhan Cirebon, Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadingrat di Cirebon, Kamis, mengatakan pada 2018 hanya tujuh piring pusaka yang dicuci saat siraman panjang dan untuk dua piring lain tidak dicuci.
"Kalau 2017, semua piring pusaka dicuci, tetapi 2018 hanya tujuh saja yang dicuci pada tradisi siraman panjang," tambahnya.
Menurut dia ke tujuh piring tersebut sudah berusia sekitar 700 tahun dan dicuci setiap setahun sekali pada tanggal 5 Mualid atau Rabiul Awal.
Kemudian akan digunakan untuk ritual panjang jimat yang digelar pada tanggal 12 bulan Mualid atau Rabiul Awal yang bertepatan pada 21 November 2018.
"Tradisi siraman panjang, ini memiliki filosofi sebagai penyucian diri. Karena setiap kegiatan atau ibadah, tentunya kita harus menyucikan diri terlebih dahulu," ujarnya.
"Sebelum memulai ritual panjang jimat, maka kita mulai dulu dengan tradisi siraman panjang," lanjut Sultan.
Ia menambahkan piring pusaka yang dicuci dalam tradisi siraman panjang itu semua berjumlah 47 piring, tujuh di antaranya merupakan piring pusaka berukuran besar milik Sunan Gunung Jati.
Sementara itu, 40 piring lainnya merupakan piring ukuran kecil yang berkaligrafi. Tidak hanya piring, dalam tradisi siraman panjang juga dilakukan pencucian dua guci dan dua botol kristal yang usianya ratusan tahun.
Baca juga: Keraton Kasepuhan Cirebon ubah museum pusaka jadi modern
Baca juga: Sambut lailatul qadar Keraton gelar tradisi "maleman"
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018