• Beranda
  • Berita
  • Revitalisasi Danau Tempe harus perhatikan ekosistem

Revitalisasi Danau Tempe harus perhatikan ekosistem

15 November 2018 16:32 WIB
Revitalisasi Danau Tempe harus perhatikan ekosistem
Dokumentasi - Seorang nelayan mencari ikan dengan menggunakan "Lanra" (jaring) di Danau Tempe, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, Sulsel, Selasa (14/5). Danau Tempe seluas 13.000 hektare itu memiliki habitat lebih dari 40 jenis burung dan beberapa tumbuhan air, serta ikan endemik yang terdapat di danau tersebut yaitu, ikan Bungo, Belanak, Masafi atau Sidat. (Foto: ANTARA News/Dewi Fajriani)

Masalah utama Danau Tempe adalah sedimentasi akibat alih fungsi lahan. Dalam analisis selama 20 tahunan yang LIPI lakukan, rata-rata endapan yang terbentuk mencapai 519 ribu meter kubik setiap tahun.

Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Fauzan Ali mengatakan revitalisasi Danau Tempe di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, harus memperhatikan kelangsungan ekosistem yang ada di danau paparan banjir tersebut.

"Ekosistem yang ada selama ini memberikan nilai lebih kepada masyarakat di sekitar danau. Sejak dulu, Danau Tempe dikenal sebagai penghasil ikan asin yang dijual hingga ke luar daerah," kata Fauzan dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.

Danau Tempe memiliki spesies ikan air tawar yang jarang ditemui di tempat lain, yaitu ikan bungo atau Glossogobius cf aureus. Namun, Fauzan mengatakan hasil tangkapan dilaporkan sudah mulai menurun.

Selain perikanan tangkap, masyarakat setempat sejak lama juga melakukan pembesaran ikan melalui budaya bungka toddo yang memanfaatkan enceng gondok yang menjadi tempat berkembang biak renik yang menjadi makanan ikan di danau tersebut.

Karena banyak ikan, burung-burung pemakan ikan juga sering singgah ke danau tersebut sehingga memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata.

"Perikanan di Danau Tempe berbeda dengan perikanan di perairan lain karena ikan-ikan yang ada tidak perlu diberi makan. Makanan alami ikan-ikan itu sudah disediakan oleh alam," tuturnya.

Karena itu, revitalisasi yang sedang dilakukan pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat jangan sampai merusak ekosistem yang sudah ada di danau tersebut.

"Masalah utama Danau Tempe adalah sedimentasi akibat alih fungsi lahan. Dalam analisis selama 20 tahunan yang LIPI lakukan, rata-rata endapan yang terbentuk mencapai 519 ribu meter kubik setiap tahun," jelasnya.

Saat ini, pemerintah sedang membangun bendungan gerak untuk mengatur debit air sehingga Danau Tempe tidak kekeringan saat musim kemarau dan kebanjiran saat musim penghujan.

Pemerintah juga mengeruk endapan danau tersebut untuk memperdalam tinggi muka air dan endapan buangannya digunakan membuat pulau buatan yang diharapkan bisa menjadi objek wisata.*


Baca juga: LIPI tawarkan konsep revitalisasi Danau Tempe

 

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018