Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyatakan program World Class Professor (WCP) atau profesor kelas dunia memperkuat inovasi dan publikasi.Jumlah profesor sekarang sudah lumayan banyak, dan diharapkan dengan program ini dapat memacu lektor untuk produktif sehingga bisa menjadi profesor.
"Program WCP ini tidak hanya berasal dari luar negeri, tetapi juga profesor dalam negeri yang berkelas dunia, bahkan para diaspora yang telah sukses meniti karier di kampus terbaik dunia," ujar Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti, di Jakarta, Jumat.
Penyelenggara Program WCP tahun ini untuk skema A sebanyak sembilan universitas yang terdiri atas delapan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yakni UGM, UI, ITB, Unair, IPB, ITS UPI, Unsyiah dan satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yakni Universitas Islam Indonesia (UII). Sementara untuk Program WCP skema B sebanyak 21 universitas yang terdiri atas 15 PTN dan enam PTS.
Untuk mengikuti Program WCP Skema A, profesor yang bersangkutan harus memiliki h-index (indeks produktivitas) Scopus lebih dari atau sama dengan 20. Sedangkan untuk mengikuti Program WCP Skema B, profesor kelas dunia yang diundang harus memenuhi h-index Scopus lebih dari atau sama dengan 10.
Program WCP tahun ini bahkan melebihi target Kemenristekdikti, yakni dari target 70 orang menjadi 115 orang. Dari jumlah tersebut, 67 orang mengikuti Skema A dan 48 orang mengikuti WCP Skema B.
Ghufron menjelaskan dari hasil WCP yang sudah dimulai sejak September lalu itu telah menghasilkan karya ilmiah internasional yang sudah dipublikasikan sebanyak dua karya, yang sedang direvisi sebanyak empat, yang diterima sebanyak satu, dan yang sedang dikaji sebanyak 20 karya dan yang dimasukkan sebanyak 35 karya. "Targetnya program ini bisa menghasilkan 115 publikasi," kata Ghufron.
Selain publikasi, kini juga didorong peningkatan jumlah pengutipan, inovasi dan hak paten. Oleh sebab itu, penting bagi setiap universitas untuk terhubungan dengan industri dan masyarakat. Program WCP juga diharapkan mampu menambah profesor hebat berkelas dunia asal Indonesia.
"Jumlah profesor sekarang sudah lumayan banyak, dan diharapkan dengan program ini dapat memacu lektor untuk produktif sehingga bisa menjadi profesor," kata Ghufron.*
Baca juga: Kemristekdikti bidik riset kelas dunia dibantu profesor kelas dunia
Baca juga: Kemristekdikti: bukan undang dosen asing tapi profesor kelas dunia
Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018