Lomba yang digelar HP Inc. akhir tahun lalu itu menantang para anak muda untuk berinovasi dalam menciptakan konsep infrastruktur perkotaan bagi 1 juta orang yang akan hidup di planet Mars.
"Tantangannya adalah di sana enggak ada atmosfer. Radiasi matahari juga perlu dipertimbangkan dalam pembuatan konsep untuk melindungi manusia yang akan ditinggal di Mars," ujar Ary dalam acara "HP Home Planet 2018" di Kuala Lumpur, Jumat.
Bagaimana membuat manusia untuk terbiasa hidup di Mars, yang memiliki gravitasi lebih kecil daripada Bumi, menjadi pertimbangan besar bagi Ary untuk menciptakan konsep infrakstruktur di Mars.
Konsep infrastruktur Mars untuk habitat yang diusung Ary berbentuk modular tersusun secara vertikal dengan water storage ditempatkan pada bagian atas untuk melindungi dari radiasi matahari.
Hal ini, menurut Ary, sekaligus mempertimbangkan penemuan terbaru yang mengungkapkan bahwa di Mars terdapat air dalam bentuk es yang tersimpan di bawah tanah.
"Jadi, air akan dipanen dari bawah tanah kemudian diubah ke atas sebelum nantinya didistribusikan," kata pria lulusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu.
Dalam mendesain bentuk konsep infrastruktur habitat, yang dapat menjadi tempat tinggal bagi empat orang itu, Ary juga mempertimbangkan bentuk yang paling efisien, baik dari segi ruang maupun pembangunan.
Untuk menghubungkan dari satu habitat ke habitat lain, Ary memanfaatkan teknologi yang sudah ada saat ini, yaitu elevator, yang bergerak secara vertikal maupun horizontal.
Sementara, untuk produksi makanan, Ary menggunakan teknologi aeroponics -- tanpa menggunakan media tanah -- yang di tempatkan di tengah-tengah kota.
Selain untuk pasokan makanan, menurut dia, kehadiran tanaman di Mars penting untuk aspek psikologis manusia yang tinggal di Mars nantinya.
Pria asal Bali tersebut mengaku belum pernah mengikuti perlombaan rancang desain infrastruktur. Namun, konsep yang dibuatnya untuk Mars tersebut berangkat dari kegelisahaannya sejak lama melihat infrakstruktur perkotaan di Indonesia.
Dalam mendesain konsep infrastruktur Ary mengaku terinspirasi dari banyak hal, mulai dari jaman prasejarah saat manusia mulai bercocok tanam, Elon Musk yang berhasil meluncurkan roket luar angkasa Space X, hingga film fiksi ilmiah tentang kehidupan di Mars "The Martian" (2015) yang dibintangi Matt Damon.
"Lama pembuatan konsep mulai dari ide awal (sampai selesai) kurang lebih sebulan lebih," ujar pria yang saat ini bekerja pada sebuah perusahaan arsitektur di Jakarta itu.
Menurut Yvonne Lin dari Singapore Space and Technology Association, Mars dapat dijadikan habitat untuk manusia bukan lah hal yang mustahil. Menurut dia, perkembangan ilmu pengetahuan tentang ruang angkasa saat ini sangat cepat, terutama di Asia.
"Kita (Asia) perkembangannya sangat cepat. Banyak sekali investasi di bidang teknologi. China salah satu pemain terbesar dalam hal teknologi," ujar Yvonne dalam acara "HP Home Planet 2018."
Ditambah, badan penerbangan dan antariksa Amerika Serikat NASA telah memiliki misi untuk mengirim orang ke Mars.
Seberapa jauh rencana itu akan terwujud, Yvonne mengatakan, "kemungkinan tahun 2030-an, atau mungkin lebih jauh dari itu. Yang pasti ada di masa depan."
Sementara itu, sebagai orang yang telah merancang infrastruktur perkotaan Mars untuk satu juta orang, saat ditanya apakah ingin ke Mars jika diberi kesempatan, Ary menjawab "mau."
"Tapi harus tiket bolak-balik," tambah Ary.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018