"Kita pastikan potong outlook 2019, ke kisaran lebih rendah," kata Dody dalam pelatihan wartawan ekonomi di Solo, Sabtu.
Dody mengatakan penurunan proyeksi ini terjadi karena adanya upaya yang dilakukan bank sentral untuk menjaga stabilisasi melalui penyesuaian suku bunga.
Kebijakan moneter ini diperkirakan akan menekan konsumsi dan investasi agar defisit neraca transaksi berjalan tidak makin melebar dan memengaruhi pergerakan nilai tukar.
Meski demikian, Dody belum mau mengungkapkan besaran revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 karena akan diumumkan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia pada akhir November 2018.
Dalam kesempatan ini, Dody juga memastikan prospek perekonomian hingga akhir 2018 masih akan cukup kuat meski dibayangi oleh risiko yang utamanya bersumber dari ketidakpastian dinamika global.
Hal tersebut terlihat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi pada akhir 2018 yang diperkirakan berada pada 5,1 persen dan inflasi terjaga 3,2 persen.
Selain itu, defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan dibawah tiga persen PDB pada akhir tahun, meski saat ini secara kumulatif telah mencapai 2,8 persen terhadap PDB.
"Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan IV ditekan agar keseluruhan tahun dibawah tiga persen," kata Dody.
Dody juga memperkirakan pertumbuhan kredit sebesar 12 persen dan pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 8,0 persen pada akhir tahun.
"Pertumbuhan kredit masih tinggi, yaitu 12 persen diatas 10 persen tahun lalu, ini berarti meski ada kenaikan suku bunga, ekonomi masih running. Permintaan masih ada dari sektor ekonomi," ujarnya.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018