• Beranda
  • Berita
  • Korps Arhanud TNI AD tingkatkan interoperabilitas antar matra

Korps Arhanud TNI AD tingkatkan interoperabilitas antar matra

18 November 2018 18:37 WIB
Korps Arhanud TNI AD tingkatkan interoperabilitas antar matra
MPCV (Multi-Purpose Combat Vehicle) berbasis Sherpa dengan sistem senjata peluncur peluru kendali darat-udara anti serangan udara jarak pendek Mistral (Rheinmetal/MBDA) yang dioperasikan Korps Artileri Pertahanan Udara TNI AD. Ini merupakan kendaraan tempur pengadaan paling baru di lingkungan TNI AD. (ANTARA News/Ade P Marboen)

Interoperabilitas yang akan dibangun adalah bagaimana membangun sinergitas ...

Batu, Jawa Timur (ANTARA News) - Peningkatan interoperabilitas dan sinergitas antar korps di lingkungan TNI AD dan antar matra TNI menjadi tema yang dikedepankan pada HUT ke-72 Korps Artileri Pertahanan Udara TNI AD kali ini untuk mengembangkan dan memajukan TNI AD. 

“Dengan sinergitas internal kami ingin kembali kembangkan kecabangan ini berperan di tubuh TNI AD dan TNI secara umum, membangun sinergitas dan interoperabilitas dengan kecabangan lain dan matra lain TNI,” kata Komandan Pusat Kesenjataan Korps Artileri Pertahanan Udara TNI AD, Brigadir Jenderal TNI Toto Nugroho, di Markas Komando Pusat Pendidikan Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara TNI AD, di Batu, Jawa Timur, Minggu. 

Sebagai satuan bantuan tempur, kata dia, “Karena biar bagaimana pun juga untuk mencapai tugas pokok TNI AD, kami tidak bisa berdiri sendiri.”

Selain itu, pada tataran nasional Korps Artileri Pertahanan Udara TNI AD menjadi salah satu pemangku kepentingan dalam pertahanan ruang udara nasional bersama komando utama lain di tubuh TNI. 

Pada hari ini, berbagai aktivitas penunjang dilaksanakan antara lain pertemuan para perwira menengah dan perwira tinggi di lingkungan korps itu dengan para sesepuh yang pernah menjadi rekan kerja, senior, dan atasan mereka pada saat mereka berdinas aktif.  

Selain itu, juga dilaksanakan pameran kesenjataan yang mereka miliki sebagai salah satu bentuk kampanye menumbuhkan kecintaan Tanah Air bagi kalangan muda selain sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada rakyat tentang pengadaan dan perawatan berbagai peralatan perang yang mereka awaki.

“Interoperabilitas yang akan dibangun adalah bagaimana membangun sinergitas, membangun kebersamaan, jejaring antar kecabangan dan matra di tubuh TNI. Di TNI AD, sebagai satuan bantuan tempur, kami mendukung satuan bergerak, mulai dari infantri, kavaleri, dan zeni. Kami harus bisa ‘nyambung’ secara lebih baik dengan mereka. Supaya saat kita melakukan operasi antar matra, semuanya bisa masuk dan tidak ada hambatan dari sisi komunikasi hingga koordinasinya,” kata dia. 

Sebagai korps di TNI AD dengan ranah operasi dan doktrin yang bersentuhan langsung dengan teater pertahanan udara nasional, dia menyinggung hakekat ancaman nasional dari udara. Dulu, kata dia, hakekat itu disepakati hanya berasal dari pesawat terbang. Namun kini sudah meluas, meliputi juga peluru kendali, UAV militer dan sipil, mortir atau bahan peledak lain dan wahana udara lain yang konvensional ataupun inkonvensional.

“Berbicara hakekat ancaman udara, tentu di sana ada pemangku kepentingan lain, yaitu Komando Pertahanan Udara Nasional Markas Besar TNI, TNI AU, dan TNI AL. Ini yang harus dibangun sehingga menjadi satu kesatuan secara utuh agar wilayah udara nasional bisa benar-benar diamankan semaksimal mungkin,” katanya. 

Korps Artileri Pertahanan Udara TNI AD bermula dari pembentukan pasukan meriam di bawah pimpinan Soegiyono, di Jawa Tengah, pada Oktober 1945, yang kemudian aktif melawan pasukan Sekutu pada 10 November 1945 (Hari Pahlawan).

Sejalan dengan perubahan TKR menjadi TRI, struktur organisasis Markas Besar TRI berubah, yang salah satunya menyentuh perubahan Markas Artileri menjadi Inspektorat Artileri pada 1 Juni 1946. 

Tanggal 18 November 1965 menjadi tanggal penting bagi korps ini sejalan dengan keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat yang mengubah Pusat Artileri menjadi Pusat Kesenjataan Artileri. 

Di seluruh dunia, keberadaan artileri pertahanan udara alias "air defence artillery" di dalam tubuh militernya berbeda-beda.

Angkatan Bersenjata Rusia menempatkan mereka ke dalam matra khusus yang sejajar dengan angkatan udara, laut, dan darat; Angkatan Bersenjata Kerajaan Arab Saudi melakukan hal serupa, sementara Angkatan Bersenjata Kerajaan Brunei Darussalam menempatkan mereka ke dalam angkatan bersenjata mereka. 

Hingga saat ini, terdapat 16 batalion artileri pertahanan udara, empat detasemen, dan dua baterai yang semuanya disebar ke dalam berbagai organisasi Kodam sebagai organ teritorial TNI AD. 

Baca juga: Operasi gabungan militer perlu sinergitas lintas negara
Baca juga: TNI-Polri diingatkan perkuat silaturahmi dan sinergitas


 

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018