• Beranda
  • Berita
  • Pekerja terampil dibutuhkan hadapi Revolusi Industri 4.0

Pekerja terampil dibutuhkan hadapi Revolusi Industri 4.0

19 November 2018 12:23 WIB
Pekerja terampil dibutuhkan hadapi Revolusi Industri 4.0
Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri memberikan keterangan kepada wartawan di sela-sela Seminar Hubungan Industrial Kompetensi Lulusan Politeknik di Era Revolusi Industri 4.0, Jakarta, Senin (19/11/2018). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Jakarta (Antara) - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri mengatakan tenaga kerja terampil Indonesia harus bertambah ke depan dalam menghadapi revolusi industri 4.0.

"Tantangan kita ke depan ini selain harus menambah jumlah pekerja terampil, pendidikan dan pelatihan vokasi juga perlu terus digenjot agar produktivitas dari tenaga kerja menjadi lebih baik," kata Hanif kepada wartawan dalam Seminar Hubungan Industrial Kompetensi Lulusan Politeknik di Era Revolusi Industri 4.0, Jakarta, Senin. 

Seminar itu bertemakan Revolusi Industri 4.0 Indonesia Harus Siap Untuk Peluang Dan Tantangan Khususnya Bidang Ketenagakerjaan.

Hanif mengatakan tenaga kerja Indonesia harus mampu meningkatkan produktivitasnya agar mampu berdaya saing, apalagi daya saing dan kualifikasi yang dibutuhkan pasar kerja ke depan akan semakin meningkat. Untuk itu, harus mempersiapkan diri dari sekarang melalui pendidikan dan pelatihan agar tidak mengalami ketertinggalan. 

Hanif menaruh perhatian pada peningkatan keterampilan tenaga kerja bangsa agar memenuhi kebutuhan dunia usaha. 

Menurut dia, partisipasi dunia usaha dalam investasi sumber daya manusia juga penting, karena melalui sumber daya  yang ada di industri maka akan lebih cepat untuk melatih calon tenaga kerja menjadi terampil.

"Kita peduli pada pembangunan sumber daya manusia masa sekarang hingga ke depan sehingga keterlibatan banyak pihak termasuk pihak swasta baik dalam maupun dari luar negeri untuk investasi sumber daya manusia di Indonesia itu juga kita beri ruang," ujarnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2018 sebesar 5,34 persen atau turun dibandingkan posisi Agustus 2017 yang sebesar 5,50 persen.

"Tingkat pengangguran turun 0,16 persen, tetapi masih ada perbedaan tinggi antara kota dan desa," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Tingkat pengangguran terbuka adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. Pengangguran pada Agustus 2018 tercatat sebesar 7 juta orang atau menurun 40 ribu orang dibandingkan Agustus 2017.

Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengklaim tingkat pengangguran Indonesia saat ini mencapai titik terendah sepanjang sejarah reformasi pemerintahan dengan berada di level 5,5 persen dari total angkatan kerja.

"Selama reformasi pemerintahan, ini adalah poin terendah," ujarnya. 

Dia menjelaskan bahwa menurunnya angka pengangguran tersebut tak lepas dari peran serta sektor pendidikan yang dinilai mengalami peningkatan pesat. Sektor pendidikan dinilai Hanif saat ini mampu menciptakan tenaga kerja dengan keahlian yang mampu bersaing dengan serbuan tenaga kerja asing. 

Namun demikian, dia menuturkan angka tersebut masih belum maksimal mengingat target yang ingin dicapai pemerintah berada di kisaran 5 persen. Untuk itu, dia terus berkoordinasi dengan berbagai pihak yang berkaitan langsung dengan sektor pencetak tenaga kerja tersebut untuk dapat menelurkan tenaga kerja yang berkualitas.*


Baca juga: Pemerintah utamakan pembinaan keterampilan tenaga kerja

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018